Cerita Bule Cantik Slovakia Masuk Islam karena Kagumi Toleransi Muslim Indonesia (Bag. 2)

image

Serambimata.com – Ikrar pengucapan dua kalimat syahadat sendiri diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran dan salawat nabi. Sekitar pukul 10.30, baru pengucapan dua kalimat syahadat berlangsung. Para tamu yang datang beserta warga sekitar pun langsung hening. Mereka menyaksikan prosesi penting itu dengan khidmat.

Dr Moch Nasir, tokoh pendidikan Kabupaten Pasuruan, sekaligus kepala Badan Litbang dan Diklat Kabupaten Pasuruan bertugas menuntun pengucapan dua kalimat syahadat itu. Tiga orang menjadi saksi. Yaitu, KH Mansyur Machfudz, Gatot Sudarmanto dan Ust Achmad Mundzir.

Radoslava sendiri menirukan dua kalimat syahadat dengan terbata-bata, hingga diulang tiga kali. Setelah yang ketiga, takbir pun berkumandang. Hingga membuat suasana begitu mengharukan. Bahkan, tak sedikit warga dan undangan yang meneteskan air mata.

“Alhamdulillah prosesi pembacaan ikrar berlangsung lancar. Sebagai seorang muslim, tentunya kami bangga dan senang punya saudara seiman yang baru. Ia orang luar, masuk Islam tanpa ada paksaan. Memang permintaan dari yang bersangkutan,” beber Nasir, panggilan akrabnya.   

Selepas ikrar, ia langsung memberi tiga nasihat atau pesan penting pada Radoslava. Yaitu, mengimani Islam, mengilmui Islam dan tak lupa mengamalkan nilai-nilai Islam. Ketiganya harus dilakukan serius dan sungguh-sungguh.

“Islam bukan teroris, tapi menjunjung tinggi perdamaian. Bahkan antiteroris, ini harus dimengerti. Khususnya bagi seorang muallaf,” ungkapnya.

Radoslava mengaku alasannya menjadi muallaf karena menurutnya, dirinya menemukan kedamaian dengan belajar Islam.

Islam di Indonesia juga banyak menginspirasi kehidupannya selama ini. Terutama toleransi umat Islam yang sangat tinggi pada pemeluk agama lain. Walaupun, Islam di Indonesia adalah agama mayoritas.

“Ada yang beda tentang Islam yang saya pelajari selama di Indonesia. Khususnya Bali, tempat yang selama ini sering saya datangi. Akhirnya saya tertarik dan muncul keinginan kuat menjadi muslim,” ucap penggiat masyarakat, sekaligus wiraswasta ini.

Keinginan itu menurutnya muncul sekitar tujuh bulan lalu di tahun 2015. Kala itu, dia kerap berkunjung ke panti asuhan di Denpasar, Bali. Mayoritas warga panti asuhan tersebut muslim.

Di tempat itu juga, dia berjumpa dengan Satrio Yuswantoro (31), warga Surabaya yang sekaligus pengurus panti asuhan tersebut. Keduanya dekat dan Maret tahun ini berencana menikah di Indonesia.

“Alasan lainnya adalah, ingin mengikuti agama calon suami. Sebab suami akan menjadi imam saya nanti,” terangnya tersenyum didampingi
Satrio.

Satrio sendiri mengaku terharu dengan keputusan calon istrinya itu memeluk Islam. “Dia memutuskan sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun, termasuk saya. Doakan rencana kami berdua menikah akan berjalan lancar dan segera terealisasi,” katanya diamini Radoslava. (Selesai)

(Baca : Cerita Bule Cantik Slovakia Masuk Islam karena Kagumi Toleransi Muslim Indonesia (Bag. 1)

Iklan

About serambimata

Terus menulis

Posted on 18 Januari 2016, in Agama and tagged , , , , . Bookmark the permalink. 2 Komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: