“Iron Man” Ternyata Tidak Hanya ada di Film Fiksi, Di Indonesia Nyata Adanya, Ini Kisahnya

image

Serambimata.com – Sosok super hero “Iron Man” mungkin hanya akan menjadi tokoh imajinatif bagi sebagian besar orang yang aksinya hanya bisa dilihat di cerita atau film. Mustahil kiranya menemukannya di dunia nyata.
Tapi siapa sangka, kalau ternyata Iron Man benar-benar ada bukan eropa, tapi di Indonesia.

Adalah I Wayan Sumardana yang setiap hari berprofesi sebagai tukang las di sebuah bengkel di Jalan Gusti Ngurah Tenganan, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali. Dia berhasil membuat lengan robot untuk membantunya bekerja.

Dilansir dari dream.co.id, pria itu tak pernah membayangkan punya tangan robot yang membuat dia mendapat julukan tokoh pahlawan fiksi, Iron Man. Semua terjadi enam bulan lalu, ketika tangan kirinya tak bisa berfungsi normal.

image

I Wayan Sumardana dan robot besi buatannya

Sumardana sendiri tidak tahu apa yang membuat tangan kirinya menjadi seperti itu. Para praktisi medis tidak memberikan keterangan penyakit apa yang diderita Sumardana.

“Secara medis diperiksa normal. Darah saya pernah diambil 15 cc untuk dicek di laboratorium. Hasilnya normal,” ujar Sumardana saat ditemui di bengkelnya kemarin.

Sumardana sempat memeriksakan kondisi tangannya. Dokter menyebut ada masalah yang menyerang syaraf. Dia pun mendapat obat perangsang syarat. Hasilnya nihil. Tangan Sumardana tetap tidak bisa bergerak.

Tak menyerah, Sumardana kembali memeriksakan diri ke dokter. Kali ini diagnosa dokter menyebut ada sumbatan pada aliran darah.

Kembali, Sumardana mendapat resep obat untuk memperlancar aliran darah. Hasilnya sama saja dengan obat pertama yang dia dapat.

“Tetap saja tangan saya yang kiri tidak bisa digerakkan,” kata dia.

Sumardana pun sempat beralih ke pengobatan alternatif dengan mendatangi paranormal. Upaya itu tetap tidak membuahkan hasil dan dia sempat putus asa.

“Saya patah arang, trauma. Berobat ke sana ke mari tidak ada perubahan. Saya akhirnya tidak bisa bekerja. Anak saya kalau sekolah tidak bawa uang jajan,” kata bapak tiga anak ini.

Tidak mau larut dalam kesedihan, Sumardana mencoba bangkit. Dia berpikir keras agar tangan kirinya kembali bisa digerakkan. Dengan begitu, dia bisa kembali mengais rezeki untuk menafkahi anak dan istrinya.

Dia kemudian merancang sebuah alat dari barang-barang bekas. Dia hanya berpikir tangannya harus bisa kembali digerakkan.

“Idenya datang sendiri karena saya ingin tangan saya bisa bergerak lagi. Semua bahan-bahan ini 90 persen rongsokan,” terang Sumardana.

Berbekal ilmu yang dipelajarinya di sebuah SMK di Denpasar, Sumardana mencoba mengaplikasikan disiplin ilmunya. Sisanya, dia pelajari dari internet untuk merakit barang-barang yang diharapkannya mampu kembali menggerakkan tangan kirinya.

Setelah semua teori terkumpul, saatnya Sumardana mencari alat-alat yang dibutuhkan. Sayangnya, dia masih menghadapi kendala dari segi pendanaan.

Dia memutar otak dan mengumpulkan barang rongsokan yang selama ini disimpan. Ya, selain sebagai tukang las, pria kelahiran 1984 ini juga pengepul barang-barang bekas.

“Dinamo, komputer, besi yang saya rakit ini semuanya rongsokan,” ujar Sumardana.

Tercatat sebanyak lima kali dia bereksperimen dan mengalami kegagalan. Rupanya, dibutuhkan alat sensor otak yang sulit dicari di Indonesia, namun tersedia di Amerika Serikat.

Dia pun memesan alat itu secara online. Tak tanggung-tanggung, dia membeli dari Amerika Serikat seharga Rp4,7 juta.

Hasilnya cukup sempurna. Begitu alat tersebut dipasang, lengan robot yang dirakit sendiri oleh Sumardana itu bekerja maksimal.

Dia girang bukan main lantaran tangan kirinya kini dapat kembali menghasilkan rupiah.

“Ya sekarang senang karena tangan saya sudah bisa bekerja normal lagi. Anak saya kalau ke sekolah sekarang sudah bawa uang jajan,” kata dia bangga.

Selama ini, Sumardana melanjutkan, tak ada bantuan apapun dari pemerintah untuknya. Semua dia kerjakan dengan biaya dan kemampuan sendiri.

“Pemerintah kan memang begitu, cuek. Tidak ada bantuan untuk saya. Dari dulu tidak ada bantuan. Baru tadi Komisi I DPRD Karangasem datang ke sini. Ya, cuma lihat-lihat saja, biar terekspose kalau dia sudah bekerja,” ucap Sumardana.

Kini, Sumardana sudah kembali bekerja normal. Order las dan pembuatan bahan-bahan dari besi mengalir deras untuknya. Tangan kirinya sudah bisa kembali digunakan untuk membantunya bekerja.

Kendati begitu, hampir separuh badan Sumardana dipenuhi oleh alat elektronik dengan sambungan kabel. Dia pun laiknya manusia robot seperti tergambar dalam film animasi.

About serambimata

Terus menulis

Posted on 20 Januari 2016, in Teknologi and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: