Kyai Azaim Tegaskan Pesantren Sukorejo Bebas dan Perang Terhadap Narkoba
Serambimata.com – Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy menegaskan pesantren yang diasuhnya bebas dan aman dari narkoba, bahkan Pondok pesantren yang memiliki memiliki puluhan ribu santri itu menyatakan perang terhadap narkoba. Karenanya ia berharap kepada para guru, umana’ ma’had, dan seluruh santri agar waspada terhadap bahaya narkoba. Terutama kepala sekolah dan pimpinan lembaga pendidikan diminta untuk menyelamatkan santri dari ancaman narkoba.
Penegasan itu disampaikan Kyai Azaim usai melantik Kepala Tata Usaha Dikti, Kabag Pendidikan Non Formal, dan Pengurus Pusat Iksass santri, Jumat (04/03/2016), sebagaimana dilansir web resmi Pesantren Sukorejo, Sukorejo.com.
Pada kesempatan itu, Kiai Azaim juga menyatakan kalau selama ini Pondok Pesantren Sukorejo aman dari narkoba. Kendati begitu, cucu Kyai As’ad itu meminta para umana’ untuk mengawasi dan peka terhadap perilaku dan gaya bicara para santri yang terindikasi narkoba. Tidak hanya itu, ia juga mewanti-wanti agar selalu waspada terhadap pihak lain yang merongrong dan merusak citra baik pondok pesantren.
Kiai Azaim menilai, pihak barat yang membenci Islam, berupaya menghancurkan Islam dengan narkoba dan membuat opini jelek terhadap pondok pesantren. Itu dilakukan setelah mereka berhasil merusak tatanan sosial masyarakat Islam di Timur Tengah, saat ini mereka mengarahkan sasarannya ke Asia, terutama Indonesia. Untuk menghancurkan Islam di Indonesia, maka yang menjadi sasarannya adalah kalangan pesantren. Sebab pesantren benteng umat Islam di Indonesia. “Karena Pesantren menjadi target menghancurkan Islam dari dalam,” imbuh Kiai Azaim.
Selain itu, Kiai Azaim juga menghimbau kepada pengurus Iksass santri agar membantu untuk mengikis fanatisme buta kedaerahan. Dari fanatisme buta tersebut kemudian terjadi kekerasan dan perkelahian antar daerah. Ini juga akan membuat citra jelek pesantren.
Temuan BNN: Narkoba Masuk ke Pesantren
Sementara itu, pada saat yang hampir bersamaan, Kepala Badan Narkotika (BNN) Komjen Budi Waseso menemukan adanya penggunaan narkotika oleh santri di salah satu Pesantren di Jawa Timur.
Narkotika itu dipakai untuk menambah stamina agar lebih kuat berzikir. Budi Waseso menuturkan, santri itu mengira barang yang diterimanya itu vitamin. Akhirnya, dikonsumsi agar bisa berzikir lebih lama.
“Dia gak tahu kalau itu ternyata ekstasi,” ujarnya, seperti dilansir di JPNN, Sabtu (05/02/2016)
Ketidaktahuan santri dalam membedakan narkotika dengan vitamin inilah yang menjadi masalah. Hal itu dimanfaatkan jaringan narkotika. “Pemahaman yang salah seperti ini perlu diperbaiki,” paparnya.
Dia menuturkan bahwa ini menunjukkan bagaimana keinginan kuat dari jaringan narkotika menambah pangsa pasar. “Mengerikannya di situ, mereka sengaja menyasar pesantren,” ujarnya.
Untuk itu, Buwas pun belum lama ini mengumpulkan para ulama dan pengurus pesantren se-Indonesia. BNN melakukan sosialisasi sebagai bentuk pencegahan.
“Maka beberapa ulama saya panggil, saya datangi. Terakhir saya kumpulkan ulama-ulama pesantren se-Indonesia. Sekarang kekuatan pertahanan jiwa atau keimaman seseorang ada di lembaga agama. Kalau pesantren saja jebol apalagi dong, yang dididik secara kuat jebol,” tutur Buwas.
Sayangnya Buwas tidak menyebut pesantren mana saja yang masuk. Namun peredaran narkoba di lingkup pesantren dikatakannya tidak sampai pada tahap pembuatan atau produksinya.
Sumber: Sukorejo.com, JPNN dan lainnya.
Posted on 5 Maret 2016, in Sosial and tagged gerakan perang narkoba, narkoba, narkoba masuk ke pesantren, Pesantren, Pesantren Sukorejo, pesantren sukorejo perangi narkoba. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0