Sholat Gerhana atau Melihat Gerhana, Pilih Mana? Jika Pilih Sholat, Ini Caranya
Serambimata.com – Kepala Biro Humas BMKG, Wahju Adji mengatakan Gerhana Matahari Total (GMT) merupakan fenomena alam yang langka, sebab terjadi 350 tahun sekali di tempat yang sama. Hal itu terjadi karena pisis atau kedudukan matahari, bulan dan bumi pada satu garis lurus.
Di sisi lain, dalam ajaran Islam pada saat gerhana matahari berlangsung dianjurkan untuk melaksanakan sholat gerhana. Nabi Muhammad SAW yang menganjurkannya bahkan Dia mencontohkannya dengan melakukan sholat pada saat terjadi gerhana matahari.
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.”(Hr.Bukhari)
Dalam hadist lain disebutkan bahwa Rasulullah pernah melakukan sholat gerhana matahari.
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ».
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Sekarang mau pilih yang mana? Tidak mau ketinggalan menyaksihat fenomena langka, atau melaksanakan sholat gerhana sesuai dengan anjuran Nabinya.
Bagi yang memilih hendak sholat gerhana, berikut Serambimata hadirkan tata cara sholat gerhana. Hal ini kami suguhkan karena tidak sedikit pembaca yang bertanya tentang tata cara sholat gerhana.
Tatat Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)
Dalam hadist lain :
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4]Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6]Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7]Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9]Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10]Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11]Salam.
[12]Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)
Selain dianjurkan sholat gerhana, ketika terjadi gerhana berlangsung Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan
Perbanyak dzikir, istighfar, takbir dan sedekah. Berdasarkan hadist Nabi :
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
Posted on 8 Maret 2016, in Agama and tagged amalan sunnah ketika gerhana, dalil sholat gerhana, Gerhana Matahari, gerhana matahari total, sholat gerhana, tata cara sholat gerhana. Bookmark the permalink. 5 Komentar.
Assalaamu’alaykum, begitulah jika orang belajar agama Islam dari kontekstual, maka akan mendawkahkan pemikiran yang sempit dengan judul “Sholat Gerhana atau Melihat Gerhana, Pilih Mana? Jika Pilih Sholat, Ini Caranya”, Padahal kita bisa memberi judul “Mari Melihat Gerhana lalu sholaat Gerhana, Ini Cara Sholaatnya”. Seandainya umat Islam saat proses terjadi Gerhana melakukan sholat Gerhana, maka umat Islam tidak akan melihat dan meyakini akan keagungan dan kebesaran Allah SWT dan juga akan tertinggal dalam segi ilmu pengetahuan dengan orang-orang non Islam, sehubungan tidak dapat melihat proses Gerhana, karena ditekankan untuk sholaat lebih dahulu. Si Penulis dalam artikelnya telah mengutip Hadtis : ”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat (Hr.Bukhari)”. dan dalam khutbahnya Nabi Muhammad SAW bersabda; Beliau katakan: “Keduanya adalah Dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi Gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang, maka jika kalian melihat Gerhana keduanya, hendaklah kalian segera mendirikan sholaat”, mengutip HR. Imam Bukhori No.989 dan 2964, wa assalaam.
SukaSuka
Terima kasih sudah share tata cara sholat gerhana
http://singindo.com/2016/03/08/hore-gerhana-matahari-juga-terlihat-di-batam/
SukaSuka
Semoga bermanfaat…
SukaSuka
Dalil jahr diatas bukankah untuk shalat gerhana bulan, Min…
Khusuf (huruf Kho’) digunakan untuk gerhana bulan, sedang kaf digunakan untuk gerhana matahari…
SukaDisukai oleh 1 orang
Kapan gerhana matahari total lagi?
SukaSuka