Kayumas, Kyai Azaim dan Mushalla Persinggahan Kyai Asad

Mushalla yang pernah disinggahi Kyai Asad pada masa perjuangan

Serambimata.com, Situbondo – Pagi itu peserta Muhibah Umat ke-8 dan warga dusun Sukmaelang Utara desa Kayumas kecamatan Arjasa Situbondo baru saja selesai mengikuti kuliah subuh yang disampaikan penasihat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Situbondo KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy di Mushalla Nurul Jadid, tempat ibadah sementara sebagai pengganti masjid di sebelahnya yang sedang direnovasi. Seperti biasa, pagi-pagi sekali seluruh peserta muhibah umat langsung menyebar untuk berkunjung ke rumah-rumah penduduk, sedang sebagian lainnya melaksanakan bakti sosial di tempat-tempat dan fasilitas umum yang ada disekitar lokasi tempat peserta menginap. 

Kyai Azaim, begitu sapaan akrab Pengasuh  Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo dan ketua DMI Situbondo, KH. Abdullah Faqih Ghufron didampingi beberapa peserta Muhibah Umat  bersama sebagian warga yang bertugas sebagai penunjuk jalan segera bergegas menuju dusun Sokmaelang Selatan. Keinginan untuk menuju dusun yang berjarak sekitar 1,5 km dari Masjid Nurul Jadid tersebut didorong oleh keterangan  warga kalau di tempat tersebut terdapat Mushalla yang dahulu pernah disinggahi KHR Asad Syamsul Arifin.

Salah satu warga  yang mengantarkan Kyai Azaim dan peserta Muhibah Umat ke Mushalla yang konon pernah ditempati sholat Kyai Asad tersebut adalah H. Ahmad Muzakki, salah satu tokoh masyarakat dan sesepuh yang menjadi saksi hidup kehadiran Kyai Asad di desanya. Dia mengaku  sempat menghidangkan secangkir kopi kepada Kyai Asad dan sempat berbincang-bincang dengan ulama yang dimasa mudanya dijuluki Satria Kuda Putih itu.

Kyai Azaim dan peserta Muhibah Umat dengan dipandu warga menuju ke Mushalla yang pernah disinggahi Kyai Asad

Setelah melewati jalan menanjak dan berbatu akhirnya rombongan tiba di sebuah pekarangan yang berukuran tidak terlalu luas. Di atasnya berdiri rumah kayu sederhana milik kyai Dihwa. Menurut cerita warga, dahulu Kyai Dihwa memiliki beberapa santri yang mengaji kepadanya. Para santri itu belajar ilmu agama di Mushalla miliknya yang dibangun dari bahan kayu di depan rumahnya. Masih menurut cerita warga, mushalla tersebut dahulu berdiri kokoh dan memanjang, namun seiring dengan bertambahnya usia Kyai Dihwa,  kayu yang menjadi bahan dasar musholla tersebut makin banyak yang rapuh, maka sepeninggal Kyai Dihwa, Musholla tersebut diperkecil hanya berukuran sekitar 2 x 2 m². Bambu penyanggah atap terlihat baru saja diperbaharui, nampak dari warna bambu yang masih hijau. Sementara empat tiang mushalla dibiarkan berdiri kokoh, apalagi menurut H. Ahmad Muzakki yang diperkuat keterangan salah satu putera Kyai Dihwa, tiang Mushalla tersebut menjadi tempat bersandar tubuh  Kyai Asad di saat beliau melepas lelah di Mushalla yang diperkirakan sudah berumur hampir satu abad itu. 

” E ka’dhintoh Kyae Asad longgu sareng nyandher ka tiang ka’dintoh” (Di sini Kyai Asad duduk dan di tiang ini bersandar), Kata H. Muzakki sambil jempolnya menunjuk ke tempat yang dimaksud. Kyai Azaim pun langsung duduk dan bersandar di tempat yang diisyaratkan sebagai tempat kakeknya dulu pernah mengukir sejarah tak terlupakan bagi warga  Sokmaelang Kayumas. 

Kyai Azaim duduk dan bersandar di tempat yang dahulu pernah ditempat Kyai Asad, didampingi salah seorang saksi sejarah yang masih hidup, H. Ahmad Muzakki (baju merah)

Peristiwa tersebut terjadi sekitar tahun 1947 ketika terjadi peristiwa agresi milier belanda pertama, Saat itu KHR Asad Syamsul Arifin itu di dalam perjalanan dari dusun Poloagung desa Sukorejo melintasi dusun Lanas desa Plampang Bondowoso. Dengan melintasi pegunungan dan lembah, tokoh pejuang dan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu melewati dusun Taman Dadar desa Curah Tatal, hingga akhirnya Kyai Asad singgah di Mushalla Kyai Dihwa, dusun Sokmaelang Selatan desa Kayumas kecamatan Arjasa, Situbondo. Dengan hanya berbekal bungkusan kain yang digantugkan pada tongkat kayu yang dipikulnya layaknya seorang pengembara, Kyai Asad melanjutkan perjalanan melintasi dusun Pelle, Kayumas, melewati dusun Samir dengan tujuan akhir Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo yang diasuhnya.

“Salastarena longgu e langger nikah, Kyai Asad langsung pamitan nerrosaghi perjelenan ka temor, nganggui rasopan pote asareng tongket kaju e gentongi buntelan kain, ben Kyai Asad kadinto cepet alomampah, motemmo elang”, (Setelah duduk di Mushalla ini, Kyai Asad langsung pamit untuk meneruskan perjalanan ke arah timur dengan membawa tongkat kayu dengan gantungan ikatan kain, dan Kyai Asad jalannya cepat, tiba-tiba hilang dari pandang), Jelas H. Muzakki yang mengaku sempat berbincang-bincang dengan Kyai Asad sambil menghidangkan secangkir kopi. 
Kepada Kyai Dihwa dengan disaksikan H. Ahmad Muzakki semasa muda, sebelum meninggalkan Sokmaelang, Kyai Asad sempat berpesan agar  masyarakat terus waspada sambil menitipkan NU dan Ummat. 

“Kyae atanya beremma kaberre warga, salastarena ka’dintoh adebu, senga’… engkok matoro’an NU ben matoro’a ummat” (Kyai bertanya kabar warga, setelah itu Kyai berpesan, hati-hati… saya titip NU dan Ummat). Jawab H. Muzakki ketika ditanya tentang pesan-pesan Kyai Asad disaat istirahat sejenak di Musholla tersebut. 

Tidak ada yang menyangka kalau pesan Kyai Asad saat itu  menjadi isyarat akan terjadi sesuatu di dusun Sokmaelang. Benar saja, keesokan harinya salah satu rumah warga milik Ke Asdiha dibakar Belanda hanya gara-gara dituduh menyembunyikan pejuang Indonesia yang sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari upaya Belanda dan sekutunya yang ingin merebut kembali kemerdekaan Indonesia.

H. Muzakki yang saat itu mengaku masih berusia sekitar 15 tahun menambahkan, sekitar seratus meter di sebelah timur Musholla yang disinggahi Kyai Asad terdapat lembah bernama Kalabengan. Disebut Kalabengan karena lembah tersebut menjadi pintu masuk tentara Belanda menuju Sokmaelang. 
Setelah beberapa lama duduk dan berbincang-bincang dan berdo’a bersama di Mushalla yang menyimpan peristiwa penting pada masa perjuang Kyai Asad, Kyai Azaim dan peserta Muhibah Umat melanjutkan kembali kunjungannya ke rumah warga lainnya sebelum akhirnya melanjutkan kegiatan berikutnya. 

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, KHR Abdullah Faqih Gufron dan peserta Muhibah Umat ke-8 saat berkunjung ke salah seorang guru ngaji

Desa Kayumas, Asjasa, Situbondo menjadi lokasi yang dipilih peserta Muhibah Umat ke-8. Di daerah pegunungan  yang terkenal dengan lahan industri kopi dan tembakau unggulan tersebut kegiatan muhibah dipusatkan di enam masjid yang ada di empat dusun, yakni dusun Sokmaelang Utara, Sokmaelang Selatan, dusun Kayumas dan Pelle. Untuk sampai ke masjid dan dusun yang dituju, peserta menempuhnya dengan berjalan kaki tanpa kenal lelah meskipun harus menaklukkan terjalnya pegunungan Kayumas selain lembah-lembah yang curam. 

Kepada warga, selain mendatangi dan melihat langsung kehidupan warga, peserta juga mengadakan pengajian, penyuluhan dan pembinaan kemasjidan, pemberian santunan kepada fakir miskin dan dhu’afa, khitanan gratis, pengobatan dengan metode bekam gratis, bakti sosial, dan penyuluhan Kamtibmas oleh Polres Situbondo. Selain itu, membentengi aqidah warga dari pemahaman yang menyimpang, radikal dan menyesatkan menjadi misi utama di setiap pelaksanaan Muhibah Umat.
“Kami berkewajiban membentengi warga dari ajaran yang menyimpang dan merusak aqidah Ahlussunah wal Jama’ah, seperti paham radikal dan ajaran sesat” Tegas KH. Zaini Munim Ridlwan pada acara penutupan di Masjid Sabilil Muttaqin Kayumas, Minggo sore, 4 September 2016. (Hans)
———–

Catatan perjalanan Muhibah Umat ke-8, DMI Situbondo di desa Kayumas, Arjasa, Situbondo. 2 – 4 September 2016

Iklan

About serambimata

Terus menulis

Posted on 10 September 2016, in Sosial and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: