Gerakan Radikal Makin Merebak, Ulama NU Tapal Kuda Gelar Pertemuan di Jember
Serambimata.com, Jember – Kekawatiran banyak pihak akan bahaya gerakan dan ajaran radikal bukan tanpa alasan. Berbagai dampak akibat gerakan tersebut telah terbukti dapat merusak tatanan dan nilai di kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Gerakan yang setiap melakukan aksinya selalu menebar kebencian, ancaman dan teror membuat tak sedikit negara berada dalam ketidaknyamanan bahkan sebagian kini berada diambang kehancuran oleh konflik horizontal berkepanjangan.
Menyadari hal tersebut, sejumlah tokoh masyarakat ulama NU dari wilayah tapal kuda mengadakan pertemuan di Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Jawa Timur, Jumat (2/8). Pertemuan tersebut Untuk mengantisipasi merebaknya gerakan radikal. Wilayah tapal kuda yang dimaksud meliputi Jember, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Pasuruan dan Probolinggo.
Dalam pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk membentuk Asosiasi Ulama se-Wilayah Tapal Kuda, atau disingkat Autada. Ketua Autada ini dipercayakan kepada KH. Syarkowi dari Kaliwates Jember. Menurut Wakil Bendahra Autada, Edy Prasetyo, pihaknya akan memantau terus pergerakan kelompok radikal untuk kemudian dicari antisipasinya.
“Terus terang, sekarang ini oknum-oknum kelompok radikal sudah bergerilya ke sejumlah sekolah menawarkan bantuan ini itu dan sebagainya,” tukas Edy.
Edy menambahkan, pergerakan kelompok radikal bukan cuma mengancam eksistensi kaum Ahlussunnah wal Jama’ah versi NU tapi juga berpotensi memecah belah kerukunan dan persatuan umat.
Sebab, jika dibiarkan pasti akan terjadi konflik horisontal. Ia lalu mencontohkan konflik di sejumlah negara Timur Tengah, yang awalnya adalah konflik antar aliran, dan kemudian berkembang jadi perang saudara. Oleh karena itu, katanya, peran kelompok radikal itu wajib disikapi dan diantisipasi. “Ini bukan cuma tugas Autada, tapi seleruh elemen masyarakat yang cinta perdamaian,” jelasnya.
Dikatakan Edy, dewasa ini banyak aliran radikal yang berkedok pesantren dan lembaga pendidikan. Mereka tidak seperti pesantren pada umumnya yang sangat terbuka untuk diketahui siapapun. Mereka sangat tertutup bagi orang luar, kecuali yang diyakini sebagai simpatisannya.
Edy mengaku terus memantau perkembangan aliran radikal di Jember yang mendirikan pesantren. Ternyata, lanjutnya, mereka juga melakukan rekruitmen anak-anak yang masih belia untuk dijadikan kader, dan penenempatannya dengan sistem silang.
“Maksudnya, mereka yang direkrut di Jember, biasanya ditaruh di pesantren Salafi di Gresik atau di manapun yang jauh di Jember. Sebaliknya, mereka yang direkrut dari luar Jember, ditaruh di Jember. Tujuannya untuk memutus hubungan dengan keluarganya. Sebab, kalau masih berhubungan, dikhawatirkan terpengaruh dengan keluarga dan lingkungannya, sehingga tidak Salafi lagi. Ini jelas pelanggaran berat,” ungkapnya.
Sumber: NU Online
Posted on 14 September 2016, in Agama and tagged autada, bahaya radikalisme, gerakan radikal, NU, ulama NU tapal kuda, upaya menangkal gerakan radikal. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0