Ketika Guru Diam Karena Takut HAM ? 

siswa-nakal

Serambimata.com – Masih ingat dengan tersebarnya foto-foto seorang siswa yang bertingkah tidak sopan di samping gurunya dengan merokok dan mengangkat satu kaki di meja gurunya? Saat itu, kejadian yang bikin heboh dunia maya itu langsung menjadi viral dan mengundang beragam komentar beragam dari netizen. Ada yg menghujat, prihatin, hoax bahkan tak sedikit yang menyayangkan sikap guru di sampingnya yang  terkesan membiarkan.

Tidak lama setelah ramai di medsos, muncul pemberitaan bahwa foto itu benar adanya. Hal itu terungkap setelah pihak sekolah SMA 6 Yayasan Pendidikan Ilham mengusut kebenaran foto yang terjadi di lembaganya. Hasilnya, siswa yang diketahui bernama Asmar mengakui kalau kejadian tersebut sengaja dilakukan bersama seorang temannya Kiki pada jam istirahat. Saat itu, sang guru Pak Ambo baru saja selesai mengajar dan tidak langsung keluar karena masih memeriksa hasil memeriksa naskah puisi siswanya.

Tak lama kemudian, Asmar dan Kiki yang diketahui sebelumnya tidak mengikuti mata pelajaran Pak Ambo kemudian memasuki kelas, lalu Asmar tanpa segan duduk di samping Guru Ambo dan meminta dirinya difoto bersama Guru Ambo oleh Kiki. Ilham langsung duduk di dekatnya, dan jepretan kamera langsung merekam aksi tak sopan siswa tersebut sebelum akhirnya ia mengunggah foto-foto itu di facebook.

Tapi banyak yang penasaran, mengapa Pak Ambo sang guru diam bahkan terkesan membiarkan aksi tak sopan siswanya itu. Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, Dinas Pendidikan Kota Makassar memanggil Pak Ambo untuk dimintai keterangan atas ulah siswanya itu.

Dari pemanggilan tersebut, diperoleh keterangan kalau guru Bahasa Indonesia tersebut mengaku sempat kesal terhadap siswanya Asmar atas sikap dan kelakuannya yang terkesan mempermalukannya dirinya dan menjadi viral di media sosial.

Saat kejadian, Ambo mengaku tak memperhatikan AS merok0k, ia baru merasa kesal  dan lansung menegur Asmar saat melihat kakinya dinaikkan di meja. Kendati ia sempat mencium bau asap, dan meminta AS mematikan rok0knya.

“Saya sempat kesal karena dia angkat kakinya, saya katakan jangan begitu, itu tidak sopan,” kata Pak Ambo.

Yang membuat miris, menurut pengakuan Pak Ambo, ia enggan menegur terlalu keras pada siswanya lantaran tidak ingin dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) seperti kejadian yang sudah-sudah.

Apa yang dirasakan pak guru Ambo mungkin juga dialami oleh kebanyakan guru di negeri ini. Banyaknya kejadian guru harus berhadapan dengan hukum bahkan harus berakhir di bui hanya karena menindak tegas muridnya yang melakukan pelanggaran, membuat para guru terpaksa diam tak berani berbuat lebih untuk membuat murid-muridnya lebih baik.

Dengan mengusung misi mulia  atas nama hak untuk mendapatkan perlindungan,  HAM datang bak pahlawan sambil ‘menyerukan’ perlawanan agar mempidanakan setiap guru yang dianggap melakukan tindakan ‘kekerasan’ dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.  Seruan itu ternyata berhasil, ditandai dengan berbagai aksi ‘pongah’ murid dan orang tuanya. Mereka secara terang-terangan melawan para guru dengan tuduhan telah melakukan tindak kekerasan pada anak-anak yang dititipkan orang tuanya kepada para guru agar menjadi anak yang tidak hanya cerdas tapi juga baik.

Guru-gurupun dihadapkan pada posisi sulit, maju kena mundurpun kena, berbuat salah diam pun juga salah, meskipun akhirnya sikap ‘diam’ terpaksa menjadi pilihan para guru karena dianggap lebih aman daripada harus mempertaruhkan niat baiknya dengan penjara. Demi HAM guru harus diam, walaupun berdampak sikap sisiwa yang makin tak terkendalikan.

 

 

 

 

About serambimata

Terus menulis

Posted on 19 Oktober 2016, in Pendidikan, Tak Berkategori and tagged , , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: