Kiai Azaim Sebut Napak Tilas Nasional 2016 Paling Istimewa, Ini Alasannya


Serambimata.com – Sudah dua hari berlalu Napak Tilas Nasional 2016 berakhir dengan acara penutupan yang digelar meriah di lapangan Garahan, Silo, Jember. Namun hiruk pikuk acara, semangat peserta, sambutan hangat penduduk serta pesan-pesan yang didapat di sepanjang perjalanan menapaki  jejak langkah dan perjuangan KHR As’ad Syamsul Arifin dalam mengusir penjajah Jepang masih terngiang dan tak hilang dari ingatan. 

Napak tilas yang menempuh jarak sekitar 55 km (menurut keterangan warga dan perhitungan peserta mencapai 70 an km) semakin tidak bisa dilupakan karena acara yang digelar ketiga kalinya itu hanya berselang beberapa hari dari penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada KHR As’ad Syamsul Arifin. Sehingga Napak Tilas kali ini tidak hanya sangat berkesan tapi begitu istimewa dibanding dengan Napak Tilas sebelumnya. 

Hal itu diakui oleh Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy yang mengikuti langsung dengan berjalan kali -hanya sekali menaiki kuda yang disediakan panitia ketika melewati hutan- disaat memberikan sambutan pada acara pembukaan Napak Tilas 2016. 

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy beserta rombongan Napak Tilas saat keluar dari hutan dengan menaiki kuda

Dalam sambutannya Kiai Azaim, menyampaikan bahwa Napak Tilas Nasional 2016 kali ini paling Istimewa dibanding sebelumnya. Karena menurutnya Napak Tilas yang ketiga  ini tidak hanyak napak tilas seorang Kesatria Kuda Putih, KHR As’ad Syamsul Arifin, tapi juga Napak Tilas Seorang Pahlawan Nasional. 

“Hari ini, kita tidak hanya mengikuti napak tilas seorang yang terkenal dengan Kesatria Kuda Putih, al Maghfurlah KHR As’ad Syamsul Arifin, tapi kita mengikuti Napak Tilas seorang Pahlawan Nasional”. Kata Kyai Azaim ketika menyampaikan sambutannya pada acara Pembukaan Napak Tilas Nasional 2016, Senin (14/11/2016), di Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sumberweringin kecamatan Sukowono, Jember. 

iai Azaim berbaur dengan peserta hingga finish dengan berjalan kaki

Cucu Kyai As’ad itu juga menyampaikan bahwa gelar Pahlawan Nasional bagi kekeknya itu berkat anugerah dan kemurahan hati Presiden RI atas pengajuan seluruh lapisan masyarakat dan tim pengusung gelar kehormatan tersebut. 

Namun demikian, menurut Kiai Azaim, bagi keluarga, santri dan simpatisan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kiai As’ad adalah pahlawan jauh sebelum pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional. Bahkan seorang ulama besar almaghfurlah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengakui bahwa Kiai As’ad adalah seorang Mujahid Kabir atau pejuang besar. 

“Ketika ditanya apa pendapat beliau ttg Kiai As’ad, maa ra’yukum an syaikh As’ad Syamsul Arifin, apa pandapat penjenengan tentang Kiai As’ad Syamsuk Arifin,  beliau menjawab, “huwa mujahid kabir, beliau adalah pejuang besar”. Panilaian dan anugarah Mujahid Kabir dari seorang Ulama Mekah ini merupakan anugerah yang patut disyukuri, dibanggakan dan perlu kita teladani bersama. Sehingga lengkap sudah ketika pemerintah menganugerahkan gelar kepahlawanan”. Ungkapnya dengan penuh semangat. 

Napak Tilas Nasional 2016 menjadi makin istimewa tidak hanya karena dilepas langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, H. Syaifullah Yusuf, tapi juga ditandanganinya Prasasti Titik Pengusiran Jepang dan Tugu Perjuangan KHR As’ad Syamsul Arifin di Garahan, Silo, Jember pada acara Penutupan Napak Tilas Nasional 2016 di lapangan Garahan yang dilaksanakan pukul 18.00 WIb. (15/11/2016).

Penandatanganan Prasasti Titik Pengusiran Jepang dan Tugu Perjuangan KHR As’ad Syamsul Arifin di Garahan oleh Kyai Azaim

Sementara itu, Bupati Jember, Hj. Faida, MMR, ketika memberikan sambutan pada acara penutupan Napak Tilas berjanji, Napak Tilas perjuangan Kiai Asad di Jember akan dilaksanakan setiap tahun. Tidak hanya itu, ia juga berjanji akan menjadikan kisah perjuangan Kiai As’ad  sebagai pelajaran sejarah yang harus diajarkan kepada seluruh siswa dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan setempat. 

Bupati Jember, Hj. Saida, MMR bersama Kyai Azaim dalam Penutupan Acara Napak Tilas Nasional 2016

Seperti diketahui, Route yang dilalui Napak Tilas Nasional 2016 merupakan jejak perjuangan Kiai As’ad dalam mengusir penjajah Jepang di desa Grahan, kecamatan Silo, Jember. Menurut catatan sejarah, saat itu Desa Garahan menjadi markas serdadu Jepang untuk Jember bagian timur. Kiai As’ad selaku Komandan Hizbulloh Kawasan Timur Indonesia, berinisiatif untuk mengusir mereka sejauh mungkin. Maka Kiai As’ad dan sejumlah kiai serta petinggi tentara Hizbulloh berkumpul di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Kecamatan Sukowono terkait rencana itu. Konon, pesantren yang ketika itu diasuh oleh  Kiai Umar tersebut, sejak lama menjadi markas perjuangan melawan penjajah.

Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah Kiai As’ad dan rombongan menuju markas Jepang di Desa Garahan. Desa Garahan sendiri terletak sekitar 45 kilometer ke arah tenggara dari Pondok Pesantren Raudlatul Ulum yang menjadi start gerilya. Mereka berjalan kaki melewati arah selatan. Sampai di Desa Sumberwaru, tepatnya di rumah Kiai Sholeh, sekitar 5 kilometer dari start, Kiai As’ad dan rombongan berhenti. Di situ Kiai  As’ad berembuk, mencari cara yang tepat untuk menghadapi serdadu Jepang.

Setelah dirasa cukup berkoordinasi, Kiai As’ad dan rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Namun sekitar 4 kilometer kemudian, Kiai As’ad dan rombongan kembali berhenti, tepatnya di  Pesantren Sayyidul Ali, Desa Sukorejo, Kecamatan Sukowono. Saat itu pesantren tersebut diasuh oleh KH. Syarkowi. Menurut saksi sejarah, di tempat ini  Kiai As’ad dan rombongan  hanya singgah satu malam, namun semalam suntuk mereka membaca rotibul haddad.

Keesokan harinya, Kiai As’ad dan rombongan bergerak menuju Desa Garahan. Tapi perjalanan belum begitu jauh, serdadu Jepang sudah menunggu di sungai Kramat. Mereka mencegat Kiai As’ad, hingga pertempuran pun tak bisa dihindari. Atas pertolongan Allah, Kiai As’ad berhasil memaksa mereka lari terbirit-birit, menyelinap dalam kelebatan hutan.

About serambimata

Terus menulis

Posted on 17 November 2016, in Sosial and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: