10 Santri Kiai As’ad Asal Bali Akhirnya Sampai Ke Sukorejo Dengan Berjalan Kaki
Serambimata.com – Setelah berjalan kaki selama enam hari enam malam dari Denpasar Bali menuju Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, akhirnya pada hari Minggu (11/11/2016) sekitar pukul 13.00 wib, sepuluh santri KHR As’ad Syamsul Arifin asal Bali sampai ke pesantren yang kini diasuh KHR Ahmad Azaim Ibrahimy itu.
Sejak keluar dari hutan baluran, kesepuluh alumni pejalan kaki tersebut disambut para pelopor, puluhan alumni dan masyarakat. Bahkan mendekati pesantren Sukorejo mereka disambut pekikan takbir oleh ratusan santri sambil diiringi hadrah menuju makan Kiai As’ad yang menjadi tujuan utama mereka sebelum akhirnya menuju ke kediaman pengasuh.
Sejak 6 Desember lalu kesepuluh orang alumni Pesantren Sukorejo tersebut berjalan kaki sepanjang 220 km sebagai wujud rasa syukur dan nadzar atas anugerah gelar pahlawan nasional Kiai As’ad oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Syamsudin koordinator jalan kaki Denpasar – Sukorejo kepada Serambimata berkisah selama perjalanan ia dan kesembilan rekan-rekannya merasakan barokah langsung dari niat tulus, semangat pengabdian dan ta’dhiman kepada Kiai As’ad dengan selalu menemukan jalan keluar setiap mereka menemukan kesulitan.
“Barokah kiai asad tampak Dan nyata bahwa dalam stiap kesulitan dan kebingungan langsung terjawab. Mayoritas masjid di Bali itu kan dikunci, saat itu tepat pukul 2.30 dini hari… Eh kok ketemu masjid yang kebetulan belum selesai pintu gerbangnya, kalau gak ketemu masjid maka pasti kami bingung”, kisah pria yang akrab dipanggil Boy Hafas Bali di akun facebooknya.
Tidak hanya itu, inisiator jalan kaki Denpasar – Sukorejo itu mengaku saat melewati perkampungan Muslim, ia dan rombongan kerapkali mendapat bantuan makanan dan minuman.
Menurutnya, sebagai pejuang, tokoh NU dan pengasuh Ponpes Sukorejo, nama Kiai As’ad sangat dekat dengan warga Muslim di Bali. Karenanya, dirinya dan rekan-rekannya berjalan kaki dari Denpasar ke Sukorejo karena ingin menggelorakan ketauladanan Kiai As’ad dalam mempertahankan kemerdekaan dari penjajah harus terus digelorakan. Meskipun ia mengaku, apa yang dilakukanya belum seberapa dibanding Kiai As’ad harus keluar masuk hutan menjadi pejuang.
Meskipun rasa lelah hingga kaki melepuh penuh luka namun tak menyurutkan langkah kaki mereka untuk sampai ke tujuan. Apalagi mereka mengaku memiliki pengalaman spritual yang benar-benar tak bisa dilupakan dan menjadikan mereka lebih bersemangat melaksanakan nazdar dan niat suci itu. Syamsudiin berkisah bahwa pada suatu pagi usai Sholat Subuh ia merasakan Kiai As’ad hadir menemuinya.
“Ketika selesai sholat subuh berjamaah saya melihat 9 teman saya tidur dan semua pada nyilu kakinya, tiba-tiba wajah kiai As’ad nyata di depan mata dan membuat saya menangis sejadi-jadinya”, kata Syamsuddin mengakhiri kisahnya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy saat menerima kesepuluh alumni tersebut menyampaikan apresiasinya atas apa yg telah dilakukan mereka sebagai wujud rasa syukur atas anugerah Pahlawan Nasional Kiai Asad. Tapi cucu Kiai As’ad itu berpesan bahwa ada perjalanan panjang yang tidak bisa diukur oleh waktu, yaitu perjalanan menjaga hati dari sifat riya’, ujub, dan penyakit hati lainnya yg merusak atas niat luhur setiap manusia.
Pada kesempatan itu, Kyai Azaim menyerahkan kenang-kenangan kepada kesepuluh alumni yang telah berjalan kaki dari Denpasar Bali – Sukorejo tersebut berupa surban dengan mengalungkan langsung kepada mereka. (hans)
Posted on 11 Desember 2016, in Sosial and tagged alumni bali, alumni jalan kaki Bali sukorejo, KHR Asad Syamsul Arfin, Kiai Asad, Kiai Asad Pahlawan Nasional, santri kiai asad. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0