IAII Sukorejo Jalin Kerjasama dengan Thailand dan Malaysia

Penandatanganan MoU dengan Pihak otoritas Thailand Selatan di Hotel Park View Pattani Thailand, 18 Mei 2017.

​Serambimata.com – Sukses menjalin kerjasama dengan pesantren dan perguruan tinggi di Turki dan Yordania, Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII) Sukorejo Situbondo kembali membangun kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di dua negara tetangga, Thailand dan Malaysia. 

Hal itu disampaikan Rektor IAII, Prof. Dr. Abu Yazid,  MA, LL.M beberapa saat setelah setelah kerjasama berhasil disepakati dengan pihak otoritas Thailand. Menurutnya, kerjasama perguruan tinggi yang dipimpinnya dengan beberapa perguruan tinggi luar negeri diperlukan untuk penyebarluasan informasi seputar produk kampus dan gagasan-gagasan intelektual yang dapat bermanfaat pada kedua belah pihak. 

“Pada era global yang serba digital seperti sekarang ini, kita tidak bisa bekerja sendirian mendesiminasikan produk kampus dan gagasan intelektual. Perlu membuka jaringan kerjasama yang luas dengan prinsip mutualisme dari kedua belah pihak atau bahkan banyak pihak”, jelas Abu Yazid.  

Untuk tujuan tersebut, pada Kamis (18/05/2017) kemarin Pimpinan Institut IAII Sukorejo Situbondo menandatangani MoU dengan pihak otoritas Thailand Selatan yang meliputi provinsi Pattanai, Yala, Songkhla dan Narathiwat. Materi kerjasama dengan kawasan berpenduduk Muslim di Thailand Selatan ini difokuskan pada beberapa hal, yakni : Kegiatan penelitaian dan publikasi karya ilmiah; Pertukaran tenaga pengajar (dosen) dan Peneliti; Pengiriman Mahasiwa program Strata Satu (S1) dan Dua (S2) untuk mengikuti program studi; Pengiriman Mahasiswa S1 dalam kegiatan magang seperti Program Paraktik Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN); Seminar dan Workshop Bersama; serta kerjasama lainnya. 

Perkuat Kerjasama dengan Malaysia

Sebelumnya, pada tahun 2016 lalu, perguruan di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo tersebut juga telah menjalin kerjasama akademik dengan Universitas Malaya Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai tindak lanjut dari kerjasama tersebut, pada tanggal 20-22 Oktober 2016 lalu,  sudah terlaksana seminar bersama antara IAII Sukorejo dengan Universitas Malaya dengan tajuk “Tantangan Pendidikan Islam Era Global”. 

Foto Acara Seminar Tantangan Pendidikan Islam Era Global di Kampus University of Malaya Kuala Lumpur, tanggal 20-22 Oktober 2016.

Tidak hanya itu, atas dasar kerjasama itu pula, pada semester tahun ini dua orang dosen IAII sudah tercatat sebagai kandidat doktor di perguruan tinggi tertua negeri jiran ini. Mereka adalah Ny. Djuwairiyah Fawaid, M.Pd.I (dosen Fakultas Tarbiyah) dan Ny Makhshushi Zakiyah, M.H.I. (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis).

“Pada tahun ajaran yang akan datang, IAII Sukorejo menargetkan untuk mengirim tiga orang lagi peserta Program Doktor di Universitas Malaya. Hal ini untuk melengkapi program peningkatan kwalifikasi dosen yang selama ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir”, tambah guru besar ilmu filsafat hukum Islam itu. 

Kepada Serambimata, Abu Yazid mengungkapkan, tantangan pendidikan ke depan semakin kompleks. Untuk menghadapinya perlu  upaya-upaya strategis terutama dalam peningkatan mutu dan kualitas dosen.  Karenanya, saat ini sudah ada 23 dosen IAII yang mengikuti program doktor (S3) di beberapa perguruan tinggi dalam negeri, baik yang tersaring dalam program beasiswa 5000 doktor Kemenag maupun biaya mandiri. 

“Ini penting untuk menghadapai tantangan pendidikan ke depan yang semakin kompleks, khususnya di era global dengan teknologi informasi yang semakin mengancam identitas kemanusiaan”, kata lulusan International Islamic University Islamabad Pakistan itu. 
 
Selain itu, program ini digulirkan dalam rangka menghadapi regulasi penyelenggaraan perguruan tinggi yang semakin berat. Berbagai aturan mesti kita ikuti karena ini berorientasi pada pemenuhan kwalitas penyelenggaraan perguruan tinggi. 

“Kita tahu bahwa Indonesia dengan sekitar 250 juta penduduk memiliki 5.000-an perguruan tingga. Sedangkan Cina dengan penduduk lebih dari satu miliar hanya mempunyai 3.000-an perguruan tingg. Ini artinya bahwa di negara kita penyelenggaraan perguruan tinggi masih berorientasi pada kwantitas, belum kwalitas. Inilah sesungguhnya tantangan kita dalam menyelenggarakan perguruan tinggi ke depan”, tambahnya. 

Selain peningkatan SDM Pendidik atau tenaga dosen, menurut ayah dari lima lima anak ini, IAII ke depan perlu berfikir untuk pemenuhan sarana dan prasarana karena mulai tahun akademik yang akan datang, sejumlah mahasiswa baru dari Thailand akan menimba ilmu di IAII sebagai wujud pelaksanaan kerjasama. 

Di sisi lain, beberapa Mahasiswa semester akhir IAII akan dikirim ke Thailand selatan untuk program magang. Dengan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa dan program studi yang ditawarkan maka peningkatan sarana dan prasarana menjadi penting untuk diprioritaskan. 

“Apalagi dengan usia program pascasarjana S2 yang sudah satu setengah dasawarsa maka sudah saatnya IAII Sukorejo membuka program doktor (S3) untuk memenuhi minat belajar Mahasiswa di setiap jenjang akademik”, tutup Abu Yazid. 
       

About serambimata

Terus menulis

Posted on 23 Mei 2017, in Pendidikan and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: