Subhanallah! Dalam Waktu Singkat NU Afghanistan Berkembang Pesat
Serambimata.com – Hanya berselang tiga tahun setelah para Ulama Afghanistan mengunjungi Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) sudah terbentuk di hampir seluruh wilayah negara Afghanistan. Ketertarikan mereka terhadap konsep Islam yang ramah bukan Islam marah dan yang tunjukkan NU di Indonesia membuat mereka bertekad mendirikan NU di negaranya.
Dilansir dari nu.or.id, antusias masyarakat Afganistan khususnya para Ulamanya dalam upaya menjadikan negaranya kondusif, sejuk seperti Indonesia adalah melakukan kerja sama. Salah satu aksinya adalah dengan melakukan kerja sama dengan beberapa lembaga organisasi dunia yang sudah tidak diragukan lagi mampu menyejukkan Islam di negaranya. Organisasi apalagi kalau bukan NU.
Fazal Ghani sendiri mendirikan Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) bersama para ulama setempat. Meski bukan cabang dari NU di Indonesia, NUA yang beranggotakan warga berkebangsaan asli Afganistan memiliki prinsip yang sehaluan dengan warga NU di Indonesia.
Kepengurusan NUA kini sudah hadir di 22 provinsi dan setiap tahun menggelar muktamar untuk mengumpulkan kekuatan dan bermusyawarah terkait problem-problem yang berkembang di Afganistan. “NU Afganistan sedang terus dalam proses perkembangan dan perluasan,”
Sebagaimana kebanyakan Muslim Sunni di Afganistan, anggota NUA menganut madzhab Hanafi di bidang fiqih. Sebagian mereka juga bergabung di beragam tarekat, seperti Naqsabandi, Chistiyah, Qadiriyah, dan lainnya.
Menurut Fazal, di negerinya belum ada organisasi yang mampu menyeleraskan cinta tanah air (hubbul wathan) dan cinta agama (hubbud din) seperti yang dimiliki Nahdlatul Ulama. “Kami mencintai Indonesia dan penduduk Indonesia. Masyarakat Muslim moderat di negeri yang besar dan indah,” ujarnya.
Salah satu ulama pejuang perdamaian Afganistan, Fazal Ghani Kakar berpendapat bahwa tidak bermadzhab dalam beragama bukanlah pilihan yang tepat. Ketua Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) ini menambahan, sikap anti-madzhab sejatinya menyebabkan para penganutnya mengikuti banyak “madzhab” lantaran sumber rujukan menjadi tak terpusat. “Di Afganistan, Wahabi ada tapi sedikit.
Fazal Ghani Kakar menjelaskan, mayoritas Muslim Afganistan berhaluan Sunni yang menganut madzhab Hanafi di bidang fiqih. Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) yang lahirnya terinspirasi dari NU di Indonesia terus mengalami kemajuan. Saat ini NU Afganistan sudah mempunyai kepengurusan di 22 provinsi yang melibatkan lebih dari 6000 ulama berkebangsaan asli Afganistan.
NU Afganistan terpisah sama sekali secara struktural dari PBNU, tak seperti Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) yang tersebar di mancanegara. Para ulama moderat Afganistan “mencangkok” NU dari Indonesia untuk mempercepat proses perdamaian di sana.
Pertemuan dikemas dalam diskusi bertajuk “Dinamika Islam Global dan Peran NU di Afganistan”. Kakar berharap ke depan NU Afganistan akan berkembang sebagai organisasi yang membumikan ajaran Ahlussunah wal Jama’ah di Afganistan. Perkembangan NU di Afganistan, katanya, bisa dikatakan sangat pesat.
Ketua NUA pertama ini juga menjelaskan, sebelum perang di Afganistan berlangsung, masyarakat Afganistan pada umumnya merupakan masyarakat Islam yang moderat. Keterlibatan berbagai kelompok kepentingan membuat perang di Afganistan semakin menjadi.
Kehadiran NU di Afganistan diharapkan menjadi oase di tengah kerinduan masyarakat Afganistan yang cinta damai, yang pada umumnya menganut ajaran Ahlussunah wal Jama’ah.
Dr Kakar berpendapat, NU Afganistan bisa mencontoh NU di Indonesia, yang menurutnya telah menjadi soul of nation (jiwa dari bangsa Indonesia). Pada kesempatan tersebut Ketua PCNU Kota Bogor Ifan Haryanto bertukar cendera mata dengan Ketua NU Afganistan Dr Fazal Ghani Kakar.
Sebelumnya, pada akhir tahun 2013 silam, beberapa ulama Afganistan berkunjung ke kantor PBNU, lalu ke Universitas Gajahmada, kemudian ke kantor PWNU Jawa Timur. Mereka berasal dari berbagai suku dan kelompok di negara yang sering tercabik perang tersebut.
Pada saat itu, kedatangan mereka memiliki tiga tujuan:
Pertama, mereka ingin belajar dari umat Islam Indonesia yang dianggap merepresentasikan Islam rahmatan lil alamin. Bagi mereka, NU sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan dianggap memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kedua, mereka ingin belajar mengenai aspek pemersatu dalam kontek kebangsaan yang plural. Intinya, mereka ingin memiliki semacam Pancasila yang mampu mempersatukan bangsa dan melekatkan lem perbedaan menjadi sebuah harmoni perdamaian. Ya, mereka capek berperang dan ingin damai!
Ketiga, mereka ingin meniru semangat NU dalam memperjuangkan “Islam Ramah, bukan Islam Marah” dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara maupun peranan NU dalam dunia internasional.
Posted on 4 Juni 2017, in Sosial and tagged Nahdlatul Ulama, NU, NU Afghanistan, NU di dunia. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0