Andai Mampu Terus Ber”puasa”

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy di ruang Kapolres Situbondo, sesaat setelah pelaksanaan I’tikaf dan sholat tasbih
Serambimata.com – Hal tersulit saat kita meninggalkan bulan Ramadhan adalah bertahan dalam kebiasaan yanq ditanam dan dibangun di dalamnya. Semakin jauh meninggalkannya semakin berat untuk terus dalam tradisinya. Manahan diri dari kemarahan, kebencian dan apapun yang dapat mengganggu hubungan seorang hamba dengan Tuhannya bahkan dengan sesamanya.
“Yang esensial dari puasa tidak hanya sekedar mampu menahan lapar dan dahaga, tapi bagaimana kita mampu istiqomah mempuasakan hati, pikiran dan seluruh raga dari ketidakbaikan. Maka bila kita mampu bepuasa setahun penuh bahkan seanjang hidup kita, maka segala persoalan hidup, rumah tangga, bermasyarakat dan berbangsa akan selesai tak akan ada lagi masalah. Tidak akan ada lagi hal pelik soal kemanusiaan, korupsi, pencurian, fitnah, ujaran kebencian ataupun penyebaran berita hoax karena semuanya sedang ber”puasa”, harap KHR Ahmad Azaim Ibrahimy pada acara Safari I’tikaf dan shalat Tasbih di salah satu masjid pada Ramadhan lalu.
Semua orang pasti mendambakan kondisi ideal seperti itu. Tapi mampukah kita? Kata para guru saya, “yang penting tanamkan niat, bulatkan tekad, lalu berikhtiar tanpa mengabaikan do’a agar dianugerahi kekuatan dan kemampuan melakukannya”.
—————–
Catatan 2 Syawal 1438 H.
Refleksi Ramadhan 1438 H, dari acara Safari I’tikaf dan Sholat Tasbih DMI Situbondo, tgl 17 – 29 Ramadhan 14
Posted on 6 Juli 2017, in Agama and tagged Ahmad Azaim Ibrahimy, DMI Situbondo, hikmah puasa, I'tikaf, puasa. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0