Zairah Haji, Arab Saudi dan Jokowi
Serambimata.com – Yang kerap saya tanyakan setiap melakukan ziarah kepada jamaah haji yang baru tiba di di tanah air adalah tentang pengalaman spritual yang dirasakan selama melaksanakan rukun Islam yang kelima itu selain mananyakan kondisi kesehatan dan lainnya.
Tapi kali ini, belum sempat saya bertanya sepatah katapun kepada jamaah haji yang baru tiba tiga hari yang lalu ini, ia langsung berkisah tentang banyak hal dan panjang lebar seputar pengalaman spritualnya, kondisi kesehatannya hingga kepuasaan dirinya bersama keluarga atas layanan haji bagi jamaah haji Indonesia tahun ini.
Adalah H. Achmad Jauhari Ali, salah satu tetangga saya warga Mimbaan kec. Panji kab. Situbondo yang baru saja menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya bersama sang istri. Pria yang kesehariannya menghabiskan sebagian waktunya sebagai ketua ta’mir masjid Baitul Mukti di dekat rumah saya itu berulang-ulang menyatakan kepuasannya terhadap layanan jamaah haji yang menurutnya begitu sempurna dibanding sebelum-sebelumnya.
“Layanan jamaah tahun ini luar biasa dan sangat memuaskan sehingga sama sekali tidak ada keluhan dari jamaah haji, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu ada masalah, mulai dari soal catering yang tak pernah telat, sarana transportasi yang siap 24 jam, fasilitas penginapan, hingga kendaraan matic yang disediakan khusus bagi jamaah haji manula yang melaksanakan thawaf”, kata H. Jauhari dengan penuh semangat.
“Kira-kira apa yang membuat tidak sama dengan sebelum-sebelumnya pak Haji?”, tanyaku sekenanya.
“Jokowi !”, Jawabnya tangkas.
“Di sana Jokowi dipuja-puja dan disegani, mulai dari pemerintah, kepolisian (al Askar) Arab Saudi, petugas haji hingga masyarakatnya selalu menyebut nama Jokowi sambil mengacungkan dua jempolnya setiap kami menyebut Indonesia”, kisahnya sambil menirukan dengan dua jempolnya.
Pria yang mengaku penyakit asmanya sembuh selama menjalankan ibadah haji terus berkisah seputar karisma Presiden Jokowi di Arab Saudi.
“Sampek settong bektoh, bedhe salah settong jamaah asal Asembagus, Situbondo se mengalami kekorangan air karena kran e ka’dissa’ mate, e adekna petugas langsung takantha mecet HP ngocak nelponna Jokowi. Bugh, se anyama petugas nika langsung berkak usaha sopaje aeng odhi‘ (pada suatu hari, salah satu jamaah haji asal Asembagus Situbondo mengalami kekurangan air karena kran ditempatnya mati, lalu dengan berpura-pura menekan tompol HP di hadapan petugas ia mengatakan akan menghungi Jokowi. Petugaspun langsung berlari hendak menghidupkan air), kata H. Jauhari dengan bahasa madura yang kental sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Mendengar cerita polosnya, saya hanya sunggingkan senyum sambil menikmati beberapa butir kacang arab yang dihidangkan. “Pak haji ini tahu gak yaa, kalau di negerinya sendiri presiden Jokowi terus dibully, dihina bahkan dicaci, mulai dari dibilang kurus tak bergizi hingga dituduh anak PKI”, gumamku dalam hati.
Bagi saya, H. Jauhari adalah saksi dan pelengkap referensi tentang kebenaran informasi bahwa sang Presiden begitu disegani di luar negeri, hingga Freeport rela melepas separuh sahamnya untuk bumi pertiwi dan sosoknya yang diakui memiliki arti penting bagi jamaah haji. Tentu, penilaian ini tak berlaku bagi para pembenci Jokowi.
Situbondo, 19 September 2017
Posted on 20 September 2017, in Politik, Sosial and tagged Arab Saudi, jamaah haji, Jokowi, jokowi di mata dunia, kehebatan jokowi, kisah jamaah haji. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0