Pesan dan Spirit Kebangsaan Kiai Azaim pada Hari Santri Nasional dan Resolusi Jihad

KHR Ahmad Azaim Ibrahimya bersama Dandim 0823 dan Perwakilan Polres Situbondo dalam acara Istightsah Kebangsaan.

Serambimata.com – Hari Santri Nasional dan Resolusi Jihad yang digelar santri, alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Salafiyah Sukorejo Situbondo, Minggu (22/10/2017) menjadi hari yang sangat istimewa. Tidak hanya gebyar dan kemeriahannya, tapi pesan dan semangat yang terus digelorakan untuk membangkitkan semangat jihad, patriotisme dan nasionalisme dalam membela agama, Pancasila dan keutuhan NKRI. 

Dalam acara Istighotsah Kebangsaan yang menjadi puncak acara dari seluruh rangkaian kegiatan Gebyar Hari Santri Nasional dan Resolusi jihad yang dipusatkan di Aula pesantren dihadiri oleh Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, Dandim 0823 Situbondo, Letkol inf. Ashari, S.Pd, Perwakilan Kapolres Situbondo dan pengurus pesantren. 

Di hadapan ribuan santri dan alumni, Kiai Azaim menyampaikan pesan dan spirit kebangsaan  sebagai wujud penghormatan terhadap para Ulama dan masyayih yang berjihad merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Berikut pesan dan spirit kebangsaan cucu pahlawan nasional, KHR Asad Syamsul Arifin :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hari ini, tanggal 22 Oktober 2017, mengingatkan kita pada peristiwa puluhan tahun silam ketika di negeri ini situasinya sangat genting, fase kemerdekaan yang ingin direbut kembali oleh penjajah. Maka atas dasar pertimbangan pemimpin tertinggi Republik Indonesia meminta fatwa kepada Hadaratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari ketika itu, sehingga lahirlah satu resolusi yang dikenal dengan Resolusi NU tentang jihad fi sabilillah. 

Resolusi ini lahir dari pesantren demi kecintaannya kepada negeri ini, demi pembelaannya pada tanah air dengan wawasan kebangsaan dan Bhineka tunggal ika yang sudah sangat ma’ruf. Bagaimana tidak, karena di pesantren inilah para santri dididik oleh para Kiai tentang ajaran semangat patriot kebangsaan. Di pesantren ini juga dilahirkan seorang putera yang telah berjuang untuk negeri ini, Al maghfurlah KHR As’ad Syamsul Arifin, pahlawan nasional. 

Karena itulah, tentu tidak asing dan tidak aneh kalau semangat membela, mencintai, menjaga dan mengawal NKRI pelopornya adalah dimulai dari pesantren. Berangkat dari satu ajaran baginda Nabi Muhammad SAW yang disampaikan oleh para Kiai di pesantren-pesantren ketika Nabi berhijarah dari Mekah menuju Madinah. Selama berada di Madinah, Nabi merindukan kota kelahirannya itu. Nabi ingin rasanya berada di kota kelahiran itu. Jika tidak karena kondisi darurat, demi menyelamatkan umat dan demi menyelamatkan kepentingan risalah agama, tentu Nabi mungkin bertahan di negeri yg dicintainya. 

Tetapi, Nabi sabar bertahun-tahun hingga pada saat yang tepat, kurang lebih sepuluh tahun Fathu Mekkah adalah impian yang ditunggu dan dicita-citakan. Begitu besar kerinduan para Sahabat, dapat kita bayangkan bagaimana mereka mencium Baitullah, mencium dinding-dinding rumah mereka, mencium tanah negeri kota Mekkah yang mulia. Ini menunjukkan bahwa umat Islam sangat mencintai negerinya. 

Begitu juga ketika Nabi memilih hijrah di Madinah hingga akhir hayatnya. Kita mendapatkan satu pelajaran berharga. Madinah yang multi kabilah, multi ras, bahkan multi agama,  Nabi mampu menjaga kerukunan yang ada, dengan lahirnya suatu konsep kehidupan bermasyarakat yang dikenal dengan Piagam Madinah, Mitaq al-Madinah. 
Maka piagam madinah inilah yang menginspirasi para ulama’ kita, pendiri bangsa ini, melihat kebhinekaan yg ada di negeri ini, berbagai suku bangsa, bahasa, warna kulit dan agama yang beragam. 
Maka tentu satu konsep yang bisa menyatukan hidup bersama di negeri ini perlu dirumuskan. Lahirlah Pancasila yang tentu perjuangannya penuh dengan pengorbanan. Ini menunjukkan bahwa peran pesantren, peran ulama, peran Kiai, tidak dapat dipisahkan dari sejarah negeri ini.

Perkenankan di saat yang sangat tepat ini saya bacakan resolusi jihad NU yang perlu dipahami dan direnungkan oleh para santri khususnya dan seluruh warga masyarakat umumnya agar tertanam rasa kecintaan pada agama, bangsa dan negera. 

(Kiai Azaim lalu membaca teks resolusi Jihad NU sesuai aslinya)

Mendengar, membaca dan merenungkan resolusi ini haruslah dengan penghayatan yang mendalam. Bayangkan kita hadir, mendengar, mendapatkan spirit dari Hadsratusssyaikh saat itu. Dan kita adalah bagian dari pejuang yang siap bertempur di Surabaya. Bayangkan kita adalah pasukan pelopor KHR Asad Syamsul Arifin yang telah dipersiapkan lahir batin untuk bergabung dengan pasukan Tentara Rakyat Indonesia di Surabaya, hingga meletuslah perang 10 Nopember. 

Maka bersyukur kita hari ini, dengan nafas kemerdekaan yang ada, bahwa nikmat yang kita rasakan tidak lepas dari jasa, peran dan perjuangan para para pahlawan, para Syuhada’ dan para Ulama kita. Kepada arwah beliau, lahumul fatihah. 

Terakhir, marilah para santri khususnya dan seluruh yang berjiwa santri, yang tertanam keimanan dan ketakwaan membela tanah air, membela agama, bangsa dan negara. Musuh kita hari tidak sama, penjajah kita hari ini tentulah berbeda. Maka persiapkan perjuangan dengan spirit yang sama meski caranya berbeda. Lanjutkan pendidikan, dalami keilmuan dan sebarkan akhlakul karimah,  kuatkan negeri ini dengan persatuan dan kesatuan. Semoga nikmat Allah bernama kemerdekaan terus terjaga. Negara kesatuan abadi selamanya. Aminn Allahumma Amin. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 Sementara itu, Komandan Kodim (Dandim) 0823 Situbondo, Letkol Inf. Ashari, S.Pd dalam orasi kebangsaannya  mengajak masyarakat untuk memantapkan jiwa, bahwa NKRI yang berasaskan Pancasila dan UUD ’45 sudah final.   

“Pada hari santri ini marilah kita bersumpah di dalam diri kita masing-masing untuk memantapkan di jiwa kita, bahwa NKRI sudah final yang berasaskan pancasila dan UUD 1945,” tegasnya.
Menurutnya, akhir-akhir ini bangsa Indonesia sedang diuji semangat persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa. Sebab bangsa lain banyak yang iri karena Indonesia bisa menyatukan perbedaan dalam keberagaman sehingga menjadi bangsa yang kuat dan besar.

“Ini tentu akan menjadi pesaing tangguh bagi negara mereka. Oleh karena itu segala cara politik adu domba, hasutan dan provokasi semua dilakukan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Di akhir orasinya Dandim  mengajak masyarakat Situbondo sebagai bagian dari lahirnya Pancasila untuk merapatkan barisan, saling berpegang tangan, saling memantapkan dan saling mengingatkan bahwa kita hidup berdampingan dengan saudara-saudara yang berbeda agama, suku bangsa, adat istiadat,  ras dan golongan.

“Marilah kita kokohkan kesatuan bangsa Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika,” pungkasnya. (Hans)

About serambimata

Terus menulis

Posted on 23 Oktober 2017, in Politik and tagged , , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: