Durhaka Kepada Guru Sebabkan Sulitnya Rezeki

Serambimata.com – Ada sebuah ungkapan “guru adalah orang tua kedua setelah orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita”.  Ungkapan tersebut rasanya tak berlebihan karena seorang gurulah yang mendidik, membimbing dan mengajarkan ilmu selain ayah dan ibu. Maka jika kepada orang tua harus hormat dan ta’at maka kepada gurupun juga harus begitu. Jika kepada kepada orang tua tidak boleh durhaka, maka kepada guru pun tidak boleh melakukan hal sama. Bahkan dari sangat pentingnya menghormati  guru ada sebuaj keterangan yang mengatakan, “salah satu penyebab sulitnya rezeki adalah Durhaka kepada Guru. sombong, meremehkan”. 

Seorang murid sebaiknya tidak datang kepada Guru hanya karena ingin mendapatkan ilmu, namun ia melupakan bahkan menjauhi ketika merasa sudah tidak membutuhkannya. 
Ingatlah, keberkahan ilmu dan rezeki kita terdapat pada Adab kita terhadap Guru.

Sedikit kisah di Tarim ada seorang Murid yang durhaka kepada Gurunya. 

Dikisahkan belasan tahun lalu seorang santri yang sedang nyantri di Rubat Tarim yang saat itu diasuh oleh Habib Abdulloh Assyatiri, dia dikenal sangat Alim hingga mampu menghafal kitab Tuhfatul Muhtaj 4 jilid. siapa tak kenal dia?, semua tau bahwa ia sangat Alim bahkan diprediksi sebagai calon ulama besar.

Nah, Suatu hari disaat Habib Abdulloh mengisi pengajian rutin santri, tiba-tiba habib bertanya tentang santri yang sangat terkenal Alim itu, “Kemana si fulan ?” Semua santri bingung menjawab pertanyaan sang guru.

Ternyata santri yang dimaksud tidak ada di pondok melainkan keluar berniat mengisi pengajian di kota Mukalla tanpa izin.

Akhirnya Habib Abdulloh Assyatiri yg sangat terkenal Allamah dan Waliyulloh berkata, “baiklah orangnya boleh keluar tanpa izin, tapi ilmunya tetap disini!”.

Di kota Mukalla, santri yang sudah terkenal Alim tersebut sudah dinanti-nantikan para pecinta ilmu untuk mengisi pengajian di masjid Omar Mukalla.

Singkat cerita si santri ini pun maju ke depan dan mulai membuka ceramahnya dengan salam dan muqaddimah pendek.

Allohu Akbar !!! Ternyata, setelah membaca amma ba’du si Alim ini tak mampu berkata sama sekali, bahkan kitab paling kecil sekelas Safinah pun tak mampu ia ingat sedikitpun.

Sontak dia tertunduk dan menangis, para hadirin pun heran, “Ada apa ini???”,, akhirnya salah satu Ulama kota Mukalla pun menghapirinya dan bertanya; “Saudara mengapa begini??? Apa yang saudara lakukan sebelumnya?”.
Dia menjawab : “aku keluar tanpa izin habib dari pesantren.” Dia terus menangis, dan beberapa orang menyarankan agar ia meminta maaf kepada Habib.

Parahnya dia dengan sombong tidak mau meminta maaf. Kesombongannya ini membuat semua orang menjauhinya, dan tidak ada satupun yang perduli padanya, bahkan hidupnya setelah itu sangat miskin dan terlunta lunta dengan menjual daging ikan kering.

Dan disaat ia meninggal, dia mati dalam keadaan miskin bahkan kain kafannya pun tak mampu dibeli hingga akhirnya diberi oleh seseorang.

“Santri yang manfaat bukanlah yang paling banyak hafalannya. Yang aling bagus penjelasan kitabnya, yang selalu juara kelas. Tapi santri yang bermanfaat  adalah yang paling hormat dan taat kepada gurunya, dan menganggap dirinya bukan siapa-siapa di hadapan gurunya.

Semga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah diatas di beri hati yang tawaddu’ patuh terhadap guru guru kita sehingga kita mendapat berkahnya. Amiin.

Diolag dari facebook An-Nadwah Al-Ahgaff

Iklan

About serambimata

Terus menulis

Posted on 17 Januari 2018, in Pendidikan and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: