Kiai Maimoen Zubair: Jadi Kiai Jangan Terlalu Kaku !

KH. Maimoen Zubair (foto: Kompas.com)
Serambimata.com – Kiai atau Kyai bagi pemahaman Jawa adalah sebutan untuk “yang dituakan ataupun dihormati”. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Kiyai digunakan sebagai sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam).
Memang diakui, tak sembarang orang dapat menyandingkan gelar Kiyai di depan namanya, selain karena gelar Kiyai diberikan oleh masyarakat (bukan oleh dirinya) sebagai bentuk pengakuan akan ketokohan dan keilmuannya, juga harus memiliki syarat-syarat tertentu yang tak tertulis sehingga ia dipandang layak menyandang gelar Kiyai.
Tidak cukup sampai di situ, setelah sebutan Kiyai menempel pada dirinya, maka sebagai konsekuensi dari ke-kiyai-annya, tugas dan tanggung jawabnya makin tidak mudah karena di belakangnya ada umat (pengikut) yang berpegang pada sikap, ucapan dan tindak tanduknya. Karena itu seorang Kiai harus bijak, tidak tekstual dan kaku tapi juga tak terlalu lentur sehingga tak membingungkan.
Dhawuh Syaikhina KH. Maimoen Zabair:
.
“Dadi Kyai iku ojo lurus-lurus nemen. Tapi rodok doyong sitik-sitik. Aku iki termasuk sing doyong. Lek ono angin teko Lor, yo doyong ngidul sitik ben ora tugel. Tapi ojo doyong nemen-nemen, nggarai dadi mati”.
.
Artinya : Jadi Kyai jangan terlalu lurus (kaku), tapi yang agak lentur. Dan saya termasuk yang lentur. Kalau ada angin dari Utara, hendaknya condong ke Selatan sedikit biar tidak patah. Tapi jangan terlalu condong, karena bisa menyebabkan mati (hilang kapasitas ke-Kiai-annya) .
Data diolah dari MusliModerat.net
Posted on 28 Januari 2018, in Agama and tagged Kiai, Kiai Maimun Zubair, Maimoen Zubair, mbah maimoen, pesan mbah maimoen. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0