Penting! 10 Pesan Kiai Azaim Ibrahimy kepada Para Santri dan Alumni

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy pada Reuni Alumni dalam rangka Haul Majemuk para Masyayikh tahun 2018
Serambimta.com – Tak seperti tahun lalu, pertemuan alumni atau biasa disebut dengan Reuni Alumni kali ini dikemas lebih santai dengan hiburan musik dan paduan suara bernuansa religi. Mulai dari ditampilkannya Hadrah Revolusioner Al Badar rintisan Al Marhum Al Maghfurlah KHR Ahmad Fawaid As’ad yang ditampilkan untuk menyambut kedatangan para Alumi, paduan suara, hingga sajian Sholawat Bhenning yang lagi Booming pada malam reuni.
Tentu, selain dapat melepas kangen antar sesama alumni dari berbagai penjuru nusantara, pesan-pesan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy yang paling ditunggu oleh para alumni. Karena dari pengasuh keempat itu selalu ada pesan yang dapat merekatkan ikatan, sebagai modal untuk bekal dan ‘ijazah’ agar di tengah-tengah masyarakat dapat terus diasah.
Berikut 10 pesan Kiai Azaim kepada seluruh alumni pesantren yang diasuhnya. Serambimata yang mengikuti langsung acara reuni alumni tersebut merangkumnya :
1. Alumni Harus Membantu Kiai dalam Menyebarkan Agama dan Dakwah Islamiyah.
Sejak awal berdirinya Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, pada masa penjajahan hingga pasca kemerdekaan, Kiai mempunyai kedududukan sebagai pelindung masyarakat, penyebar agama dan dakwah Islamiyah bahkan terlibat dalam proses rekonstruksi tatanan politik di negeri ini. Santri dan alumni harus meneruskan cita-cita dan perjuangan ini.
“Tugas santri dan alumni membantu peran Kiai dalam menyebarkan agama dan dakwah Islamiyah karena secara tradisi Kiai mempunyai kedudukan sebagai pelindung masyarakat, penyebar agama dan dakwah Islamiyah”, kata Kiai Azaim mengawali pesannya di hadapan ribuan alumni, Jumat (02/02/2018).
Kepada alumni, Kiai muda kharismatik itu juga mengingatkan agar terus berjuang meneruskan perjuangan para Ulama karena perjuangan mereka belum selesai.
“Haram hukumnya tinggal di Indonesia tapi tidak niat berjuang karena belum selesai perjuangannya. Kalau ada alumni pulang untuk leyeh-leyeh, santai dan melupakan tugas utama ini, dawuhnya Kiai Zaini Mun’im haram tinggal di Indonesia karena belum selesai perjuangan. Harus ada niat sekecil apapun ingin melanjutkan cita-cita para ulama. Ajak keluarga, lingkungan, lembaga, masyarakat lalu berikan mereka pencerahan agama Islam melalui praktek dan amaliah sehari-hari, bukan hanya sekedar yang tertulis di kertas, teori, hadist dan ujung-ujungnya hanya pandai mengkafirkan dan menyalahkan orang lain”, tegasnya.
2. Santri dan Alumni Jangan Ikut Arus, Tapi Mengatur Arus.
Pesantren tidak hanya bertanggung jawab membekali para santrinya dengan pendidikan ke-islam-an, tapi juga diharapkan mampu menjadi filter yang berupaya merangkum realitas kehidupan dalam jalinan nilai-nilai spritual dan moralitas Islam rahmatan lil alamin
“Santri itu jangan ikut arus, tapi mengatur arus. Mengikuti aturan ini, administrasi ini, pola pikir ini, akhirnya nilai-nilai rohani tergadaikan. Justru spritulitas keislamannya yang menjadi substansi dari perjuangan ini jadi hilang”, tambahnya
3. Alumni Diharapkan Istiqomah mengamalkan bacaan, zdikir dan wasilah warisan Kiai Sepuh.
“Alumni diharapkan istiqomah dan konsisten mengamalkan wasilah warisan Kiae seppo (kiai sepuh), seperti Ratibul Haddad yang sanat, rujukan dan rereferensinya dari Al Qur’an dan Hadist, zdikir Aqoid saekat, qosidah istighotsah diteruskan, qosidah munfarijah yang menjadi amalannya Kiai Syamsul dan tawassul secara bathin dibaca setiap sholat lima waktu”, himbau kiai Azaim.
Kiai Azaim mengaku sudah melakukan kajian syarah Ratibul Haddad, dari kajian itu terjawablah sanat dan dalilnya yang berasal dari Al Qur’an dan Hadist. Ia juga sempat mengungkap hikmat qosidah munfarijah yang baik dibaca di setiap mengalami kesusahan dan musibah.
4. Menyambungkan Hubungan Jasad dengan pesantren dengan guru.
Untuk menyambungkan hubungan antara pesantren, alumni dan masayarakat, cucu Kiai As’ad itu berharap agar Haul dan Reuni Alumni harus dimanfaatkan untuk menyambungkan jasad dan ruhani dengan pesantren dan guru-gurunya.
“Ada fenomena yang tidak baik yang terjadi pada setiap haul, semangat mengadakan reuni tapi bukan reuni ke pesantren, melainkan hanya reuni dengan teman satu kamar, satu asrama, satu lembaga, bahkan dengan teman bisnis. Apakah sempat ke Asta? Apakah sempat sowan kepada Ibu Nyai, kepada ustadz-ustazdah sepuh yang ada di sini. jangan-jangan selesai reunian lansung pulang, bahkan untuk acara inti Haul besok tidak sempat. Padahal kita hanya minta 2 hari dari 360 hari (1 tahun) setelah itu bisa kembali ke aktifitas masing-masing”, harap Kiai Azaim.
Menurutnya, hubungan tersebut bisa terus terjaga dengan meneruskan tradisi “nyantri” dengan menempatkan putera-puterinya di pesantren.
5. Menyambungkan Rohani dalam segala Situasi dan Keadaan.
Memasuki tahun 2018 sebagai tahun politik, masa dimana terdapat macam fitnah dan musibah, maka alumni harus selalu menjaga sambungan rohaninya dalam segala situasi dan keadaan sehingga hubungan antara murid dan guru dan antara sesama alumni tidak rusak hanya perbedaan pandangan maupun politik.
“Sambungan rohani harus terus dijaga dalam segala keadaan. Jangan karena badai pemilu lalu berubah. Kalau memang harus terjadi perbedaan antara murid dengan guru, jangan sampai merusak hubungan keduanya, sesama alumni jangan sampai saling mencaci maki karena perbedaan pandangan politik, lebih-lebih saat ini sudah memasuki tahun politik dimana terdapat berbagai macam fitnah, musibah, ancaman perpecahan, perselisiham dan upaya-upaya penyimpangan untuk menghancukan Islam seperti ujaran kebencian dan berita-berita hoax”.
6. Terus Menjalin Kesinambungan Ilmiah.
Kiai Azaim berharap setelah Haul nanti, alumni diharapkan tetap menjalin kesinambungan ilmiah agar tetap satu fikrah (pemikiran) sehingga tidak menyimpang dari ajaran para Kiai sepuh yang mendirikan dan mengasuh Pesantren yang sudah berusia satu abad lebih itu.
“Saya kecewa ketika membaca salah satu status, di situ alumni ditanya, dimanakah Allah ? Lalu dijawab ‘di atas Arasy. Padahal di dalam Aqoid Saeket tidak ada pelajaran Allah duduk di atas arasy. Itu bukan ajaran guru-guru kita”, tegas Kiai Azaim sembari menyinggung nama-nama Kiai Syamsul, Kiai As’ad, Kiai Fawaid, Syaikhona Thoha dan Ayahandanya KH. Dhafir Munawar.
7. Meneladani para Masyayikh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah
Alumni juga diharapkan senantiasa meneladani apa yang diajarkan para Masyayikh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.
“Ketika Kiai Syamsul membabat hutan untuk mendirikan pesantren, tempat yang mulia tapi beliau tidak menyakiti dan mengorbankan binatang, sekalipun binatang buas. Bahkan dikisahkan Kiai Syamsul mengembalikan semut merah yang ada di bajunya ke tempat asalnya”.
Pelajaran yang bisa diambil dari perjuangan Kiai Syamsul adalah bagaimana kita manusia mampu mengubah belukar berupa naluri kebinatangan yang ada pada diri manusia menjadi manusia sebagai ditegaskan oleh Allah di dalam Al Quran tentang tugas kemanusiaan:
وماخلقت الجن والانس الا ليعبدون .
8. Jangan Mudah Terhasut, Termakan Fitnah/Berita Hoax.
Untuk menghindari perpecahan di masyarakat bahkan sesama alumni maka pesan moral Kiai As’ad harus menjadi pegangan agar para alumni tidak mudah terjerumus pada sikap suka atau tidak suka terhadap orang yang kita sendiri belum tahu kesalahan atau kebenarannya.
“Ingat dawuhnya Kiai As’ad, ini pelajaran berharga untuk kita, tak usah ngalem oreng se tak oning ka kabhenderennah, ben tak olle nyale oreng se tak oning ka kasalaannah” (tak usah memuja orang yang belum diketahui kebenarannya, dan jangan mencela orang yang belum diketahui kesalahannya).
Kalimat tersebut mengandung pesan moral bahwa sebagai manusia, kita jangan mudah terhasut, termakan fitnah/berita hoax yang menjerumuskan pada suka atau tidak suka terhadap orang yang kita sendiri belum tahu kesalahan atau kebenarannya.
Dalam pandangan murid Sayyid Ahmad bin Muhammad Al Maliki itu, pesan Kakeknya tersebut sangat relevan dengan sebuah hadist yang berbunyi :
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Kenapa disebut hari akhir ? Karena hari akhir ada konsekuensi akhir, ada tanggung jawab akhirat, ada yaumul hisab, ada perhitungan amal”, jelas Kiai Azaim.
Karenanya, ia kembali menghimbau kepada alumni agar tidak saling mencaci karena perbedaan pilihan. Menurutnya hal itu hanya akan membuat para masyayikh tidak suka dan marah bahkan membuat beliau sedih dan molar (menangis) hanya gara-gara urusan lima tahunan.
Terkait pemilihan pemimpin, Kiai Azaim juga mengingatkan agar di dalam memilih pemimpin harus dengan akhlak yang baik karena dengan akhlak yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik.
“Ini kan urusan pemimpin? Iyaa, Justru karena urusan memilih pemimpin akhlaknya juga harus baik. Kalau dalam memilih pemimpin akhlaknya saja tidak baik, maka dikawatirkan hasil pilihan mereka juga tidak baik”, Kiai Azaim mengingatkan.
9. Alumni Harus Solid
Atas maraknya fitnah, berita hoax, ujaran kebencian, sikap suka atau tidak suka tersebut, Kiai Azaim berpesan kepada para alumni agar tidak perlu ikut-ikutan nyinyir apalagi turut melakukan dan menyebarkannya karena itu bukan akhlak guru-guru kita. Hal itu hanya akan membuat alumni terpecah-pecah, itulah yang selalu dikawatirkan dan diwanti-wanti Ahmad Fawaid As’ad, “ Alumni harus solid dan kompak, tunjukkan bahwa Salafiyah Syafi’iyah besar dan alumninya dapat bermanfaat bagi masyarakat ”.
Dalam pandangan Kiai Azaim, bahasa Kiai Fawaid tersebut adalah bahasanya Salafunas Sholeh. Beliau mengajak kita untuk beramal sholeh.
“Salafunas Sholeh itu kenapa selamat, padahal fitnah politik zaman itu kaliber sahabat. Fitnah perang siffin, perang yaman. Tapi mereka para tabi’in selamat, kenapa? Karena mereka sibuk dengan amal sholeh, sibuk melihat kekurangan diri sendiri, sehingga tidak sempat mencari kekurangan orang lain”, pesannya.
Maka Kiai yang beru saja meluncurkan buku karangannya tentang Kiai Fawaid tersebut berharap momentum reuni alumni dalam rangka haul majemuk ini dijadikan momentum ajang silaturrahim untuk mempererat ukhuwah antar sesama alumni dari berbagai daerah dan dari berbagai masa, untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan para almarhumin, sebagai wujud kecintaan kita pada beliau semua.
10. Istiqomah membaca do’a persatuan
Sebelum mengakhiri taujihatnya, Kiai Azaim menghimbau kepada seluruh alumni agar istiqomah membaca do’a yang menurutnya paling cocok dengan kondisi saat ini. Do’a ini penting untuk mempererat tali ruhaniyah terutama antara sesama para ulumni. Berikut do’anya :
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ (Hans)
Posted on 11 Februari 2018, in Sosial and tagged Ahmad Azaim Ibrahimy, haul majemuk, Kiai Azaim, pesan Kiai Azaim, Pesantren Sukorejo, reuni alumni, Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0