Kiai Azaim: Tanah yang Kita Pijak akan Menjadi Saksi Kebaikan Kita di Akhirat

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy (tengah) dan KHR Abdullah Faqih Gufran pada Peringatan Isra’ Mi’raj dan Rihlah Cinta bersama Jamiyah Sholawat Bhenning di Karangasem, Situbondo (foto: Zyaik Al Abrory)

Serambimata.com – satu jam sebelum acara dimulai, para pencinta Jam’iyah sholawat Bhenning (Bhenning Mania) sudah memenuhi halaman Masjid Al Raudhah yang ada di lingkungan Karangasem, kelurahan Patokan, Situbondo. Lokasi pengajian Sholawat Bhenning yang tidak terlalu luas, seketika menjadi sesak bahkan jamaah yang datang setelahnya nyaris tak kebagian tempat meskipun sekedar di depan dua layar monitar yang disediakan panitia.

Pengajian Sholawat Bhenning yang digelar malam Jum’at (15/03/2018) di lingkungan Karangasem, Situbondo itu adalah kali kedua diadakan di perkotaan setelah beberapa bulan sebelumnya kegiatan yang sama dilaksanakan di halaman Mapolres Situbondo.

Ternyata, meskipun pengajian sholawat yang dirintis KHR Ahmad Azaim Ibrahimy itu diadakan di lingkungan perkotaan sama sekali tak mengurangi animo masyarakat pencinta sholawat untuk mengikuti pengajian yang selalu dihadiri ribuan orang tersebut. Bahkan disaat salah satu vokalis membaca nama-nama kelompok Bhenning Mania, sudah mulai muncul Bhenning Mania kota Situbondo. Tentu ini menjadi kabar yang menggembirakan.

Ribuan Bhenning mania hanyut bersama lantunan sholawat yang dibawakan Jam’iyah Sholawat Bhenning. Dan yang paling ditunggu mereka adalah pada bagian akhir pengajian ketika tiba waktunya Kiai Azaim menyampaikan pesan-pesan dakwahnya dengan diselingi sholawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

“Kalau hadir di suatu tempat lalu bersholawat, maka tanah yang kita pijak akan menjadi saksi kebaikan kita di akhirat nanti

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا

Pada hari itu bumi menceritakan beritanya“, kata Kiai Azaim di awal mauidhahnya.

Pesan itu selalu beliau sampaikan di hampir setiap pengajian Jam’iyah Sholawat Bhenning sebelumnya. Kepada ribuan Bhenning Mania, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo itu mengumpamakan foto sebagai dokumentasi, maka setiap kebaikan dan kegiatan sholawat seperti yang digelar malam itu akan mnjadi kenangan yang akan dibuka sebagai album kenangan di akhirat nanti.

“Dan kita niatkan kegiatan seperti ini untuk menghapus kenangan pahit dengan kenangan baik”, harapnya.

Pada pengajian dalam rangka peringatan Isro’ Mi’roj dan Rihlah Cinta itu, Kiai Azaim juga juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan rihlah cinta adalah perjalanan nabi Muhammad SAW dari Masjidlil Haram ke masjid Al Aqsha di Palestina. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah dan selalu menjadi tema di setiap peringatan Isra’ Mi’raj yaitu :

سبحان الذي اسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الاقصى

Cucu Pahlawan Nasional Kiai As’ad itupun mengungkap lima kata “suci” yang terdapat di dalam ayat tersebut. Pertama, Subhana yang artinya Maha Suci. Kedua, dzat yang Maha Suci yaitu Allah swt pada lafadz alladzi. Ketiga, hamba yang diperjalankan yakni hamba yang suci, Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Keempat, Masjidil Haram sebagai tempat suci dan kelima adalah Masjidil Aqsha atau Baital Maqdis yang bermakna rumah yang suci.

“seakan-akan kita diingatkan oleh ayat ini, wahai manusia tempatnya salah dan lupa, wahai manusia yang ingin mendapatkan ridho Allah yang Maha Suci, bersihkan dirimu sebanyak lima kali dengan sholat lima waktu dalam sehari semalam”, papar Kiai Azaim, mengingatkan jamaah yang hadir agar tidak meninggalkan sholat lima waktu sebagai media mensucikan diri dari dosa.

Tak hanya itu, sebelum mengakhiri ceramahnya, Murid Sayyid Ahmad bin Muhammad Al Maliki Al Hasany itu memberikan ijazah amalan khusus agar dapat bermimpi bertemu Rasulullah SAW.

“Barang siapa yang melihat Nabi SAW di dalam mimpi berarti ia telah benar-benar melihatnya bukan bayangannya.

مَنْ رَاَُنِىْ فَقَدْ رَاَُى

Siapa saja yang melihatku dalam mimpi mak sungguh telah melihat“, pesannya dengan mengutip hadist sebelum mengijazah bacaan agar bermimpi Rasululullah.

Beberapa saat kemudian, Dia membimbing ribuan jamaah yang hadir bersama-sama membaca do’a yang beliau dapatkan dari gurunya Sayyid Muhammad Al Maliky yang dapat dibaca berulang-ulang sebelum tidur bahkan bila perlu dibaca hingga tertidur.

بسم الله الرحمن الرحيم ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ النَّبِىِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلىَ اٰلِه وَصَحْبِهِ وَسَلّم

Di akhir ceramahnya Kiai muda kharismatik itu mengingatkan bahwa diri manusia sejatinya seperti gelas yang isinya air, raga adalah wadah sedangkan isinya berupa sukma. Sementara Nabi SAW adalah sonar (sinar) yang bisa tembus kalau airnya jernih dan tidak ada yang menghalangi. Kalau raga isinya hitam karena penuh dosa dan kemaksiatan maka bukan Nabi SAW yang tidak melihat tapi tidak lebih karena diri yang justru tidak kelihatan terhalangi oleh dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukan.

Maka untuk mejernihkan hati yang kotor dan hitam oleh dosa dan kemaksiatan, selain dijernihka dengan sholat juga bisa dengan bersholawat dan bersedekah. (hans)

About serambimata

Terus menulis

Posted on 18 Maret 2018, in Agama and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: