Kiai Azaim: Bismillah itu Seperti Kunci dan Sholat Ibarat Air Mengalir Pembersih Dosa

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy dan Kapolres Situbondo (foto Zyaik Abrory)
Serambimata.com – Lahan sawah yang sengaja tak ditanam seluas lebih dari 1 hektar berlahan-lahan dipenuhi para pencinta sholawat Bhenning atau Bhenning Mania. Dalam sekejab nyaris tak ada tempat yang tersisa. Akibatnya, warga yang datang pada gelombang berikutnya terpaksa harus menempati jalan raya untuk sekedar bisa bersholawat bersama meskipun sama sekali tak melihat panggung dan menikmati gemerlap lampu lighting. Maklum, di sepanjang jalan dari arah timur menuju lokasi acara tak disediakan bantuan layar monitor ataupun tambahan pengeras suara.
Malam itu, Sabtu (24/03/2018) Jam’iyah Sholawat Bhenning tampil menyapa masyarakat Mangaran bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI) Situbondo dengan program unggulannya “Muhibah Umat II”. Pengajian yang bertemakan “Mangaran Bersholawat, Asareng Bhenning Ngireng Bershlawat Amarghe Oning Dhe’ Se Apareng Syafaat” itu menjadi satu dari sekian rangkaian kegiatan Muhibah Umat II yang digelar dua hari, mulai Sabtu – hingga Minggu (24-25/03/2018) di desa Trebungan kecamatan Mangaran, Situbondo.
(Baca juga: Muhibah Umat II, Bhenning dan Kiai Azaim Sapa Masyarakat Mangaran)
Ribuan Bhenning Mania yang menyesaki lokasi acara hingga meluber ke jalan raya hanyut dalam lantunan sholawat yang dibawakan. Bendera kebesaran tak henti berkibar sampai tiba saatnya sholawat julus dan mahallul qiyam dipanjatkan. Sejurus kemudian sosok yang ditunggu-tunggu kehadiran dan petuah-petuah bijaknya, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy datang menyeruak diantara ribuan jamaah yang sedang berdiri khusuk menyenandungkan sholawat dan puji-pujian.

Ribuan Jamaah Sholawat Bhenning khusuk bersholawat
“Di awal pertemuan ini marilah kita bersama-membacakan bismillah. Kita tunjukkan kebersamaan kita dengan niat membaca bismillah semoga umat Islam senantiasa dijaga, dilindungi dan dipersatukan oleh Allah swt. Terutama kita warga muslim yang malam ini sedang hadir disini. Niatkan untuk seluruh kaum Muslimin, terutama bangsa Indonesia. Bismillahirrahmaanirrahiim“, Kiai Azaim mengawali ceramahnya dengan mengajak bersama membaca Bismillah.
Suasana menjadi begitu hening, perhatian terfokus pada pesan-pesan Kiai muda kharismatik yang menjadi ikon pada setiap pengajian Sholawat Bhenning. Sampai akhirnya orang-orang yang hadir kembali tenggelam dalam lantunan dzikir Bismillah sambil saling bergenggaman tangan diiringi tabuhan indah Jam’iyah Sholawat Bhenning.
“Di balik huruf ba‘ ada rahasia kalimat yang tidak terungkap salah satunya adalah asta’inu bismillahirrahmanirrahim. Saya mohon pertolongan dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atau makna yang sesungguhnya adalah atabarraku bismimillahirrahmanirrahim, saya mohon keberkahan dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang”, jelas Kiai Azaim usai Dzikir Basmalah dipanjatkan.
Dalam pandangan Kia Azaim, Bismillah seperti kunci. Maka bila diibaratkan sebuah lemari, tentu untuk mendapatkan barang berharga yang ada di dalamnya harus dibuka dengan kunci.
“Maka alam semesta ini adalah lemari-lemari yang menyimpan barang berharga. Di dalam bumi yang kita pijak terdapat rahasia keberkahan yang harus kita buka. Seandainya seorang petani, ketika ia mulai mencangkul dan menanam bibit ia memulai dengan Bismillahirrahmaanirrahiim maka keberkahan yang ada di baliknya akan keluar berkat bismillah. Sehingga hasil taninya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain”, tambahnya.
Sementara ribuan pencinta sholawat makin hanyut dalam lantunan sholawat dan puji-pujian kepada Nabi SAW yang dibawakan di sela-sela ceramah Kiai Azaim. Cucu Pahlawan Nasional, KHR As’ad Syamsul Arifin itu juga mengingatkan tentang pentingnya sholat bagi diampunkannya dosa-dosa manusia. Pesan itu Ia sampaikan setelah mengupas tentang keistimewaan bulan Rajab yang di dalamnya terdapat peristiwa luar biasa, Isra’ Mi’raj.
“Teringat cerita Rasulullah ketika menyampaikan hadist tentang sholat lima waktu kepada Siti Aisyah, Wahai Humairo, bagaimana seandainya engkau punya rumah, di depan rumahmu ada sungai dan engkau mandi sehari lima kali, apakah bersih?, Aisyah menjawab, bersih ya Rasulullah. Begitulah seorang mukmin, Allah siapkan sungai dalam kehidupannya sehari semalam, sholat lima waktu. Ketika Beliau berdosa di waktu Subuh, nanti Dhuhur akan diampuni, mak bersihlah dosanya. Berdosa di waktu Dhuhur nanti sholat Ashar diampuni, bersih lagi. Ashar berbuat dosa, lalu sholat Maghrib diampuni lagi. Dosa antara Maghrib dan Isya’ diampuni pada saat sholat Isya. Dosa antara Isya’ dan Subuh akan diampuni waktu Subuh”, paparnya.
Itu artinya di dalam 24 jam sudah ada sungai bernama sholat lima waktu untuk membersihkan noda-noda dan dosa-dosa manusia. Maka rugilah orang yang tidak membersihkan dirinya dengan sholat. Apalagi meninggalkan sholat termasuk meruntuhkan agama.
Uraian tentang Sholat dari murid Sayyid Ahmad bin Muhammad al Maliky Al Hasany itu begitu panjang malam itu. Puncaknya adalah ketia ia berkisah tentang permintaan Nabi Muhammad SAW kepada Ummatnya sebagai salah satu syarat di dalam mencintainya. Syarat itu adalah memperbanyak sujud atau sholat.
“Ada Sahabat mengaku cinta kepada Nabi dan ingin berkumpul dengam Nabi kelak di akhirat, oleh Nabi diberi syarat. Baik, permudah aku ya, bantu aku! Untuk memberikan syafaat dan pertolongan kepada engkau dengan memperbanyak sholat. Artinya apa? orang yang tidak sholat berarti menyusahkan Baginda Nabi Muhammad SAW”, tegas Kiai Azaim.
Diantara ribuan orang yang mengikuti pengajian Mangaran Bersholawat malam itu, ada banyak tokoh yang hadir, Ulama’, Kiai, Habaib, Kapolres dan jajarannya, pejabat eksekutif dan legislatif bahkan beberapa orang dari Paguyuban Tionghoa Situbondo tak ketinggalan ikut nimbrung untuk menyerahkan santunan berupa 200 paket sembako kepada kaum dhu’afa‘. Mereka semua nampak larut dalam kekhidmatan bersholawat bahkan ikut menikmati sajian teatrikal oleh Tahlil Bhenning Budaya bersama jamaah lainnya.
Pukul 24.15 acara pun usai, setelah Kiai Azaim mengakhiri ceramahnya diikuti lantunan qosidah Hasby Rabby yang menggugah dan menutupnya dengan do’a. Berlahan-lahan ribuan jamaah dan Bhenning Mania meninggalkan lokasi acara. Sementara puluhan Bhenning lainnya, pria maupun wanita memilih bertahan di lokasi untuk membersihkan sampah yang tersisa dengan sukarela. (hans)
Posted on 27 Maret 2018, in Agama and tagged Ahmad Azaim Ibrahimy, Azaim Ibrahimy, Bhenning, bhenning mania, mangaran bersholawat, pentingnya sholat, rahasia sholat. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0