Kesaksian Putera KH Maimun Zubair: Selama Nyantri di Mekkah, Kiai Azaim Kuat dan Istiqomah

KHR Ahmad Azaim Ibrahimy (kiri), KH Maimun bin KH. Maimoen Zubair (Kanan)

Serambimata.com – Usai menikmati hidangan makan malam beberapa saat setelah acara Kendit Bersholawat selesai, Sabtu (8/9/2018) sekitar pukul 00.30 dini hari, saya langsung menghampiri KHR Ahmad Azaim Ibrahimy untuk sekedar dapat menyalami dan mencium hastanya (baca: tangan). Maklum selama saya berada satu panggung dengannya di malam itu, saya memang tidak sempat bersalaman dengan beliau karena tugas saya sebagai pemandu acara (MC).

“Tadi kok tahu namanya Kiai Maimun?”, tanya kiai muda yang akrab dipanggil Kiai Azaim itu singkat sambik menyelipkan senyum bersahaja di wajah teduhnya.

Saya pun menjelaskan dengan singkat dari mana saya mendapat bocoran nama KH. Maimun putera bungsu KH. Maimoen Zubair yang malam itu tak terjadwal di daftar susunan acara yang saya pegang apalagi terjadwal memberikan tausiyah di hadapan ribuan masyarakat pada acara Kendit Bersholawat bersama Jam’iyah Sholawat Bhenning.

Dari bincang-bincang singkat dengan beliau pula, saya jadi tahu, ternyata Kiai Azaim dengan KH. Maimun bin KH. Makmoen Zubair pernah bersama-sama menimba ilmu kepada Sayyid Ahmad bin Muhammad Al Maliky Al Hasany, di Rusaifah, Mekkah.

“Nama asli beliau adalah Ifdol, kemudian oleh Sayyid diganti namanya menjadi Maimun. Dan beliau langsung dibaiat oleh Sayyid agar tidak ikut berpolitik. Mangkanya diantara putera Kiai Maimoen Zubair hanya beliau yang tidak ikut-ikutan dalam politik”, jelasnya sebelum akhirnya cucu pahlawan nasional Kiai As’ad itu pamit meninggalkan tempat.

Kedatangan putera bungsu KH. Maimoen Zubair menemui KHR Ahmad Azaim Ibrahimy beberapa waktu lalu itu menyisakan banyak cerita. Selain kesediaannya berada di tengah-tengah ribuan pecinta sholawa, ada banyak kisah lainnya yang terungkap pasca acara malam itu. Salah satunya, kesaksian KH. Maimun tentang sahabatnya KHR Ahmad Azaim Ibrahimy semasa bersama-sama belajar di satu pesantren di Mekkah.

Kesaksian Kiai Maimun tentang sahabatnya yang kini menjadi pengasuh IV Pesantren Sukorejo itu diceritakan kembali oleh seorang yang memiliki akun facebook atas nama Ra-Sya Zawawi. Ia berkisah bahwa KH. Idror Maimoen atau KH Maimun bin KH Maimoen Zubair pernah menyampaikan sekilas akfititas dan rutinitas Kiai Azaim selama “nyantri” di mekkah.

Ra-Sya Zawawi menulis bahwa Kiai Idror atau Kiai Maimun putera bungsu Ulama sepuh terkemuka KH. Maimoen Zubair pernah menyampaikan sekilas tentang aktifitas dan kebiasaan KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy Dhofir. Menurut Kiai Maimun, Kiai Azaim adalah sosok yang kuat dan istiqomah melakukan riyadhah puasa Daud atau puasa selang-seling, sehari puasa dan sehari berikutnya tidak, begitu seterusnya sepanjang tahun.

Hal itu sejalan dengan pesan gurunya, Dr. Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki di kitab karangannya, Kul Hadzihi Sabili. Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa paling tingginya puasa adalah puasa Ramadlan sekaligus berpuasa Daud. Dan riyadhah puasa Daud inilah yang istiqomah dilaksanakan Kiai Azaim selama menimba ilmu di Mekkah.

“Saya tidak heran beliau memiliki ribuan jamaah dan sangat diterima di masyarakat, karena riyadhah beliau (KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy) sangat kuat dan istiqomah”, kata Kiai Maimun sebagaimana ditulis Ra-Sya Zawawi di akun facebook pribadinya.

Mulai dari Tukang Sapu, Cameraman, Translater hingga Berganti Nama Muzammil

Keistiqomahan Kiai Azaim berpuasa juga diakui oleh sahabatnya KH. Muhammad Hasan. Keduanya sama-sama menimba ilmu kepada Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alwi al Maliki. Di dalam akun facebook pribadinya yang bernama Muhammad Hasan itu, ia memberikan kesaksian kalau Kiai Azaim adalah sosok yang ahli puasa.

“Termasuk keistimewaan beliau, yang pasti semua sahabat-sahabat kami mengakuinya, beliau adalah sosok santri yang sowwam (ahli puasa). Hampir seluruh hari-hari beliau di Makkah, beliau gunakan untuk berpuasa”, tulis Kiai Hasan.

KH. Muhammad Hasan dan KHR Ahmad Azaim Ibrahimy

Dalam pandangan Kiai Hasan, Kiai Azaim adalah santri yang benar-benar total mengabdi kepada kedua gurunya, Sayyid Muhammad dan Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani.

“KH. Azaim –mā syā Allāh– dalam khidmah kepada Abuya Sayyid Muhammad dan Abuya Sayyid Ahmad. Halaman yang sangat lebar di pondok kami di ar Rushaifah itu beliaulah yang setiap hari menyapu, tempat lain yang kebetulan tidak ditandzif (dibersihkan) oleh teman-temannya, dibersihkan oleh Kiai Azaim”, kisah Kiai Hasan tentang sosok Kiai Azaim, sahabatnya.

Keistiqomahan dan kepedulian Kiai Azaim pada kebersihan di pondoknya, rupanya mendapatkan perhatian dari gurunya dengan dipercaya mengkoordinir kebersihan di pondok Ar Rushaifah.

“Sehingga Beliaulah yang menjadwal tugas bersih-bersih kami di pondok ar Rushaifah”, Kiai Hasan melanjutkan kisahnya.

Kepercayaan Sayyid Ahmad kepada Kiai Azaim ternyata tidak hanya pada hal kebersihan, pria yang sejak muda juga menyukai seni itu bahkan ditunjuk sebagai penanggung jawab dokumentasi dalam setiap event yang dilaksanakan di qo’ah.

Masih menurut Kiai Hasan, sahabatnya Kiai Azaim bahkan ditunjuk Abuya Sayyid Ahmad sebagai translater (penerjemah) ceramah-ceramah Abuya dan para ulama yang lain di Qô’ah di setiap musim haji.

Yang menarik, ternyata oleh Abuya Sayyid Muhammad, nama Kiai Azaim pernah dirubah menjadi Muzammil. Sayangnya, Kiai Hasan tak menjelaskan maksud perubahan nama itu.

Sumber:

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=2409597989080926&id=100000922451764&set=a.570140743026669

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=855869034618980&id=100005876735457

Iklan

About serambimata

Terus menulis

Posted on 10 September 2018, in Agama and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: