Oleh : Kiai Abdul Muqsith Ghazali

Serambimata.com – Seseorang bertanya tentang hukum mengadakan acara reuni; boleh atau tidak; halal atau haram, berdosa atau berpahala?

Saya mendengar; ada ustadz yang mengharamkan reuni dengan alasan; apa yang tak dicontohkan Nabi tak perlu dilakukan umat Islam. Karena reuni tak pernah diteladankan Baginda Nabi, maka terlarang bagi umat Islam menyelenggarakan reuni.

Ditambahkan bahwa jika kemenangan layak dirayakan dalam bentuk reuni, maka pastilah Nabi orang pertama yang melakukan. Faktanya, Nabi tak pernah mengadakan reuni Badar, Khandaq, dan lain-lain.

Sekiranya argumen “tak pernah dicontohkan Nabi” itu diteruskan, maka tentu bukan hanya reuni yang tak boleh dilakukan melainkan juga acara maulid Nabi SAW, Isra’-Mikraj, … haram dilaksanakan.

Saya sendiri cenderung tak mempersoalkan. Sebab, banyak hal yang tak dilakukan Nabi, tapi boleh dilakukan umat Islam. Perayaan Maulid Nabi boleh dilakukan umat Islam sekalipun Nabi tak pernah menyontohkan karena acara Maulid berisi pembacaan shalawat dan pengajian.

Begitu juga dengan acara reuni. Umat Islam boleh saja menyelenggarakan kegiatan reuni. Bahkan, jika reuni diadakan sebagai ajang silaturrahim seperti diajarkan Islam, maka jelas ada pahala bagi yang datang dalam acara reuni itu

Namun, jika reuni dirancang untuk kemaksiatan misalnya untuk menyebarkan fitnah, ghibah, dan ujaran kebencian, maka alih-alih mendapat pahala, mereka yang ikut acara reuni– pulang bisa membawa dosa. Demikianlah.

Senin, 10 Desember 2018
Salam,

Abdul Moqsith Ghazali

Kiai Dr. Abdul Muqsith Ghazali