Cerdas dan Bijak! Tanggapan Kiai Azaim Soal Polemik Film “The Santri”

Serambimata.com – Yang muncul baru trailer film, tapi respon terhadap film yang diinisisi Nahdlatul Ulama (NU) itu ramai bermunculan terutama di jagad medsos. Adalah film “The Santri” yang digagas menyambut Hari Santri 22 Oktober itu telah menimbulkan pro kontra, ada yang mendukung tapi tak sedikit yang menolak keras hingga mengeluarkan kata-kata hujatan, padahal baru trailer film alias cuplikan.

Tak ketinggalan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy. Kiai muda yang memiliki belasan ribu santri dan pengikut itu menyampaikan tanggapan dan saran terhadap viral film yang diputar serentak 22 September 2019 disaat mengajar kitab al-Hikam bersama santri Ma’had Aly Situbondo.

“Pertama, bahwa kita tak bisa mengomentari terlalu jauh soal polemik dalam film tersebut, karena yang muncul di media hanya trailernya saja. Belum film secara utuh,” ujar beliau kepada para santri.

Menjawab beberapa pihak yang keberatan dengan beberapa cuplikan adegan dalam trailer film The, seperti santri putra-putri bercampur baur bahkan naik delman bersama dan adegan lainnya. Sosok yang akrab disapa Kiai Azaim tak melarang untuk didiskusikan dan diperdebatkan selama disampaikan dengan akhlak dan budi pekerti.

“Silahkan masuk dalam perdebatan dan diskusi, tapi tetap menggunakan akhlak dan budi pekerti. Ilmu dilawan dengan ilmu, analisis dilawan dengan analisis. Kalau mau mengkritik harus punya hujjah, argumen”, tambah beliau menjelaskan.

Dalam pandangan cucu Pahlawan Nasional Kiai As’ad, duduk perkara munculnya polemik tersebut adalah soal logika. Dari judul, film ini menggunakan “The Santri” yang masuk kategori lafadz universal/kulli, dimana mencakup seluruh santri. Sementara ada beberapa adegan yang kurang sesuai dengan tradisi pesantren misalnya, pacaran, adegan santri putra-putri naik delman bersama dan lain-lain. Lalu orang-orang menduga bahwa hal tersebut adalah tradisi santri karena dipengaruhi keumuman judul. Bahwa campur baur antara santri putra-putri adalah hal yang lumrah. Lebih-lebih, yang menjadi promotor dan inisiator adalah Nahdlatul Ulama. Catatan tambahan dari beliau adalah bahwa istilah santri adalah istilah yang sakral. Dan menjadi milik banyak orang islam di Indonesia.

Saran Kiai Azaim kepada seluruh pihak adalah agar bisa menahan diri dan saling menjaga perasaan, terlebih di zaman fitnah seperti hari ini. Dari perdebatan-perdebatan yang terjadi apa sudah memberi sumbangsih atau hanya adu urat saraf yang rentan menjadi awal dari sebuah permusuhan.

“Mari tolong saling menjaga perasaan, termasuk menjaga perasaan orang banyak supaya tidak terganggu dengan apa yang kita lakukan. Jangan sampai hal-hal remeh seperti ini menghabiskan tenaga, gara-gara film ini sesama santri saling debat kusir dan marah-marah penuh kecurigaan, eman!. Padahal masih banyak persoalan dan perjuangan yang lebih besar yang membutuhkan perhatian kita”. Ujar beliau menutup pengajian al-Hikam.

Ditulis kembali dari mahadaly-situbondo.ac.id dengan judul asli “Kiai Azaim Sikapi polemik The Santri Harus Tetap dengan Akhlak”.

Iklan

About serambimata

Terus menulis

Posted on 18 September 2019, in Agama, Budaya and tagged , , , , , , , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: