Memahami dengan Jernih Perkataan Grand Shaikh Al-Azhar ‘Syiah Tidak Kafir’ agar tidak Gagal Paham
Serambimata.com – Tiba-tiba media sosial menjadi bising oleh pernyataan Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb. Berita tentang pernyataan Grand Syaikh Al Azhar yang mengatakan ‘Syiah tidak kafir dan bersaudara dengan Sunni namun cacian Syiah kepada sahabat Nabi SAW adalah bentuk kesesatan’ langsung menyebar di media-media Indonesia.
Tentu saja Syiah dan pendukungnya senang dengan hal itu. Demikian juga dengan para pembenci Grand Shaikh, karena dengan ini bertambah lagi amunisi untuk mengkriminalisasi sosok beliau yang mereka tuduh sebagai pendukung ‘kudeta’ Mesir. Atas fenomena tersebut, alumni S1 Al Azhar Mesir Ust. Moehammed Hidayatullah, sebagaimana dirillis pada laman Panjimas.com terpanggil untuk menjelaskan pernyataan Grand Syaikh Mesir agar Umat Islam tidak gagal paham.
Dalam tulisannya Hidayatullah mengatakan, bagi pelajar pemula dalam studi akidah Islam pasti dapat membedakan antara kafir sesat dengan tidak kafir tapi sesat. Yang pertama jelas kafir atau murtad dari Islam, seperti mengingkari hal-hal yang sudah ma’lum min ad-din bid-dharurah. Sedangkan yang kedua, tentu saja masih dianggap sebagai seorang MUSLIM, meski sejumlah pendapatnya dianggap sesat atau menyimpang.
Nah, problem Syiah saat ini yang paling disorot itu adalah penghinaan sejumlah kalangan Syiah terhadap para sahabat Nabi SAW.. Hal ini, meski otoritas Syiah Iran menyerukan agar tidak dilakukan, namun fakta di lapangan menunjukkan hal lain. Sehingga, Grand Shaikh sendiri pun dalam beberapa kesempatan mengkritik hal itu. Bahkan saat ini Al-Azhar di bawah pimpinan beliau mengadakan lomba menulis tentang “Bahaya Penyebaran Syi’ah di Wilayah Sunni”.
Singkatnya, memahami pernyataan Grand Shaikh janganlah sepotong-potong, seperti Syiah adalah saudara Sunni, TANPA menyebutkan bahwa Syiah sesat dan berbahaya jika disebarkan di wilayah Sunni. Atau mengutip bahwa Syiah tidak kafir, TAPI LUPA mengutip –atau sengaja—pernyataan beliau bahwa Syiah itu sesat.
Semoga virus gagal paham di tengah masyarakat kita tidak begitu mewabah demi kepentingan politik, adu domba, atau kepentingan sesaat lainnya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menerima kedatangan Grand Syekh Al-Azhar Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb beserta Majelis Hukama di Istana Negara, Senin (22/01/2016) sebagaimana dikutip dari laman kemenag.go.id.
Selain Presiden Jokowi, kedatangan Grand Syekh Al-Azhar ini juga disambut oleh para menteri Kabinet Kerja, antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Grand Syekh Al Azhar dan para menteri berlangsung tertutup.
Usai pertemuan, Wakil Menteri Luar Negeri RI AM Fachir memberikan keterangan bahwa kedatangan Grand Syaikh Al-Azhar di Indonesia mempunyai beberapa agenda, seperti berkunjung ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Malang, dan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Disampaikan Fachir, Al-Azhar merupakan Perguruan Tinggi Islam yang sangat terkenal di Indonesia. Al-Azhar tidak sedikit menarik mahasiswa Indonesia. Saat ini saja tercatat lebih dari 3500 mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di Al-Azhar.
“Al-Azhar banyak melahirkan tokoh-tokoh luar biasa di Indonesia hingga sekarang ini. Selamat datang dan terima kasih atas kesediaannya datang ke Indonesia,” kata Fachir.
Al Azhar Ambil Langkah Kongkrit Bendung Penyebaran Syiah di Mesir
Prof. Dr. Hasan Syafi’i, ketua kantor teknis Grand Shaikh Al-Azhar dan ketua Akademi Bahasa Arab, mengungkapkan bahwa Al-Azhar berniat akan membentuk komite khusus guna merancang diktat pendidikan agama dalam silabus pendidikan di setiap jenjang pendidikan di bawah jenjang kuliah, yang akan dimulai pada tahun ajaran yang akan datang. Hal tersebut bertujuan untuk membendung penyebaran Syiah melalui penjelasan akidah Ahlussunah wal Jama’ah yang akan membentengi masyatakat dari ideologi Syiah.
Syafi’i menjelaskan, bahwa telah terbentuk komite khusus yang dipimpin oleh Grand Shaikh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Tayyeb, dan beranggotakan perwakilan dari berbagai aliran Sunni. Beliau juga menjelaskan, bahwa Al-Azhar akan bekerja keras untuk menjaga akidah Aswaja (Ahlussunnah wal Jama’ah), bukan hanya di Mesir, akan tetapi di berbagai negara Islam Sunni, seperti negara-negara Arab, Turki, dan lainnya.
Syafi’i juga menekankan, bahwa komite tersebut akan menerbitkan diktat-diktat tentang cinta Ahlulbait (keluarga Nabi) sesuai dengan manhaj Sunni, jawaban tentang bid’ah dan khurafat dalam paham Syiah, akidah Ahlulbait dan Aswaja tentang Ahlulbait serta posisi mereka dari kemaksuman dan imamah. Dan juga akan menjelaskan akidah Aswaja dalam masalah khilafiyah dengan Syiah dari berbagai perspektif, dengan menyesuaikan jenjang pendidikan yang berbeda-beda.
Syafi’i menekankan, bahwa dalam menghadapi penyebaran Syiah, Al-Azhar tidak bertujuan mengafirkan Syiah dan tidak bermaksud menyerangnya, akan tetapi menjelaskan bahwa Al-Azhar menolak pengalihan hukum cabang (furu’) ke ranah akidah, khususnya dalam masalah kemaksuman para imam (dalam Syiah) yang dijadikan sebagian dari masalah keimanan (rukun iman).
Dari berbagai sumber
Posted on 24 Februari 2016, in Agama and tagged Aswaja, Grand Syaikh Al Azhar, kedatangan grand syakh al azhar ke indonesia, Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, syiah, syiah bersaudara dengan sunni, syiah sunni, Syiah tidak kafir. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0