Kyai Azaim: Muslim yang Tidak Mau Peringati Maulid, Kecintaanya Kepada Nabi Diragukan
Serambimata.com – Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimya meragukan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW jika ada kaum muslimin tidak mau memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad. Hal itu disampaikan cucu Kyai Azaim di hadapan ribuan umat Islam yang mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren yang diasuhnya, Kamis (24/12/2015).
Karena menurut cucu KHR As’ad Syamsul Arifin itu umat muslim harus menumbuhkan kecintaan kepada sang Rasul melalui peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam sambutannya Kiai muda kharismtik yang mempunyai puluhan ribu santri itu mengajak agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad SAW.
“Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momentum yang sangat tepat untuk meningkatkan kecintaan kepada sang Rasul”. Kata Kiai Azaim dalam sambutannya.
Kyai Azaim menambahkan tidak ada yang harus lebih dicintai selain Nabi Muhammad SAW.
“Ukuran kecintaan kepada nabi harus melebihi rasa cinta kita kepada sesama, keluarga bahkan diri sendiri”. Pungkas Kyai Azaim.
Pada acara puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW juga dilaksanakan lounching buku berjudul “Mufaroqoh Jalan Yang Ditempuh Kiai Sukorejo” yang ditulis langsung oleh KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, KH. Afifuddin Muhajir, M.Ag dan Syamsul A. Hasan.
Selain itu ribuan santri, alumni, wali santri dan simpatisan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Siubondo dengan khidmat mengikuti ceramah agama yang disampaikan oleh KH. Syadid Jauhari dari Jember, dan Habib Sholeh Alydrus dari Malang.
Sebelumnya, pada malam harinya, Rabu (23/12/2015) juga telah dilaksanakan perayaan Maulid Nabi di dua tempat yang berbeda, masing-masing di Pondok putra dengan penceramah Habib Mahdi Hasan dari Banyuwangi dan KH. Abdullah Syamsul Arifin dari Jember di pondok puteri.
Posted on 26 Desember 2015, in Agama and tagged Kyai Azaim Ibrahimy, Maulid Nabi di pesantren Sukorejo, pecinta sholawat, Pondok Pesantren Sukorejo. Bookmark the permalink. 1 Komentar.
penulis mestinya menulis puluhan ribu bukan ribuan dilihat dari santri saja sdah puluhan ribu ditambah wali murid,alumni, dan simpatisan…
tks.
SukaSuka